Pernyataan Resmi BNI Ihwal Akuisisi Bank Mayora
- Manajemen emiten pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) merilis pernyataan resmi terkait rumor akuisisi PT Bank Mayora milik konglomerat Jogi Hendra Atmadja.
Korporasi
JAKARTA - Emiten pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) merilis pernyataan resmi terkait rumor akuisisi PT Bank Mayora milik konglomerat Jogi Hendra Atmadja.
Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan saat ini perseroan tengah memasuki tahapan yang lebih serius terkait rencana aksi korporasi berpartner dengan pihak ketiga.
Menurut dia, aksi ini merupakan salah satu bagian dari inisiatif transformasi perseroan untuk mengembangkan kapabilitas digital melalui strategi organik maupun anorganik, yang berfokus pada segmen small medium entreprise (SME).
"Sumber pendanaaan aksi korporasi berasal dari modal perusahaan dan bukan berasal dari utang," kata Mucharom dalam surat kepada PT Bursa Efek Indonesia, Selasa, 19 Oktober 2021.
- Smelter Tembaga Freeport: Mimpi Hilirisasi Jokowi tapi Jauh Panggang dari Api
- Untuk Bayar Utang, Indofood CBP Milik Anthoni Salim Rilis Global Bonds Lagi
- Ngeri, Orang California ini Tidak Sadar Ada Lebih dari 90 Ular Derik Tinggal di Rumahnya
Likuiditas dan permodalan yang tinggi ini ditunjukan BNI melalui catatan kas dan setara kas yang menyentuh Rp130 triliun pada semester I-2021. Saat yang sama, BNI mengantongi laba bersih senilai Rp5,02 triliun atau naik 12,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 18%.
Dia memastikan, rencana aksi korporasi tersebut telah dituangkan dalam rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Manajemen BNI, menurut Mucharom, senantiasa mematuhi peraturan yang berlaku serta asas-asas yang dijunjung dalam berkontrak. Untuk itu, sambungnya, apabila aksi korporasi telah mencapai tahapan yang diperbolehkan untuk melakukan keterbukaan informasi, maka akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rencana aksi korporasi ini membuat saham BBNI di pasar modal meroket. Pada perdagangan Selasa, 19 Oktober 2021, saham BBNI ditutup naik 2,12% sebesar 150 poin ke level Rp7.225 per lembar.
Bahkan, saham BBNI telah meroket 40,29% dalam sebulan terakhir. Saham BBNI tercatat terus menanjak sejak 29 September 2021 dari level Rp5.050 per lembar. Namun, saham BBNI tercatat naik 17% sejak awal tahun ini.
Kapitalisasi pasar saham BBNI mencapai Rp134,73 triliun dan price to earning ratio (PE) sebesar 34,91 kali. Pergerakan saham BBNI dalam setahun terakhir berada pada rentang Rp4.560-Rp7.225 per lembar dengan imbal hasil 51,35% dalam setahun terakhir.
Profil Bank Mayora
Rumor beredar di kalangan pelaku pasar bahwa BNI mengakuisisi PT Bank Mayora. Aksi ini dilakukan bank pelat merah tersebut untuk menyusul bank-bank kakap lain yang sudah lebih dulu merangsek ke bisnis perbankan digital.
Bank mini ini memang diproyeksikan menjadi bank digital setelah diambilalih oleh BNI. Saat ini, BNI telah meneken kesepakatan awal dengan bank tersebut.
Sementara itu, Bank Mayora tercatat memiliki modal inti Rp1,2 triliun pada semester I-2021. Saat yang sama, CAR Bank Mayora terbilang sangat sehat mencapai 30%.
Sebagai catatan, bank-bank mini memang sedang membutuhkan tambahan modal demi memenuhi batas minimum regulasi OJK secara bertahap. Modal inti perbankan dipatok minimum Rp3 triliun pada 2022 dan akhir tahun ini minimum Rp2 triliun.
- 5 Pangeran Pewaris Takhta Para Konglomerat Terkaya di Indonesia
- Bisnis Aviasi Pertamina Kini Hadir di 47 Negara, Erick Mau Kuasai Dunia?
- Kontrak Baru BUMN Konstruksi: WIKA Unggulan, PTPP Paling Tertinggal
Hingga Juni 2021, Bank Mayora mencatat fungsi intermediasi lewat penyaluran kredit senilai Rp3,78 triliun. Nominal penyaluran kredit itu turun dibandingkan dengan akhir tahun lalu Rp4,3 triliun.
Saat yang sama, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mayora naik menjadi Rp7,8 triliun dari sebelumnya Rp6,4 triliun.
Pendapatan bunga Bank Mayora mencapai Rp249,8 miliar pada semester I-2021, turun dari sebelumnya Rp270 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp18,53 miliar, meroket dari sebelumnya Rp2,4 miliar.
Adapun, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross Bank Mayora turun dari 5,28% menjadi 3,09% pada Juni 2021. Sementara rasio NPL nett turun dari 4,01% menjadi 2,06%.
Bank Mayora mendapatkan izin usaha Bank Umum sesuai SK Menteri Keuangan RI No. 719/KMK.017/1993 tanggal 14 Juli 1993 dan menjadi Bank Umum Devisa pada tahun 2013 sesuai Surat Keputusan Gubernur BI No. 15/5/KEP.DPG/2013 tanggal 7 Mei 2013.
Bank Mayora berdiri sejak 28 Juli 1993. Hingga saat ini, Bank Mayora memiliki 37 kantor yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Lampung. Bank Mayora juga memiliki 58 unit ATM dan 1.433 unit mesin electronic data capture (EDC).
Total aset Bank Mayora hingga Juni 2021 mencapai Rp8,55 triliun, naik dari Desember 2020 senilai Rp8,01 triliun. Liabilitas mencapai Rp7,3 triliun dengan ekuitas Rp1,23 triliun.
Bank Mayora dipimpin oleh Komisaris Utama Dharmawan Atmadja dan Direktur Utama Ricky Budiono. Saham Bank Mayora digenggam oleh PT Mayora Inti Utama sebesar 80% dan International Finance Corporation dari Amerika Serikat (AS) sebesar 20%.
Penerima manfaat akhir Mayora Inti Utama adalah konglomerat Jogi Hendra Atmadja. Dia tercatat sebagai orang terkaya ke-7 di Indonesia versi majalah Forbes 2020.
Jogi Hendra Atmadja dan keluarga ditaksir memiliki kekayaan US$4,3 miliar setara Rp60,54 triliun (kurs Rp14.080 per dolar AS). Kekayaan Jogi berasal dari perusahaan makanan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang memproduksi Kopiko dan dijual di lebih dari 90 negara.