<p>Direktur Utama OPMS Meilyna Widjaja  </p>
Industri

Peroleh Pernyataan Efektif dari OJK, Optima Prima Gelar Penawaran Rp135 Per Saham

  • Langkah PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk, perusahaan pionir besi scrap kapal bekas terbesar di Indonesia untuk melantai di bursa berjalan mulus setel;ah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 September 2019. Dengan kode saham OPMS, Optima Prima langsung menggelar penawaran umum saham perdana pada 13 dan 16 September 2019 di Jakarta, […]

Industri
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

Langkah PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk, perusahaan pionir besi scrap kapal bekas terbesar di Indonesia untuk melantai di bursa berjalan mulus setel;ah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 September 2019.

Dengan kode saham OPMS, Optima Prima langsung menggelar penawaran umum saham perdana pada 13 dan 16 September 2019 di Jakarta, kemudian listing perdana OPMS di Bursa Efek Indonesia direncanakan pada 23 September 2019.

“Kami bersyukur tahapan demi tahapan menuju initial public offering (IPO) Optima Prima terus berlangsung. Kami berterimakasih atas dukungan regulator, dan kepada PT Sinarmas Sekuritas selaku underwriter yang turut melancarkan proses ini. Semoga tahapan sampai melantai di bursa terus berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan bersama, dan menghantarkan Optima Prima menjadi bagian dari pelaku pasar modal di Tanah Air,” kata Direktur Utama OPMS Meilyna Widjaja  Jumat (13/09/2019).

Setelah melalui tahapan bookbuilding pada 26-28 Agustus 2019, Optima Prima menetapkan harga saham IPO di level Rp 135 per saham. Dengan melepas sebanyak 400 juta lembar saham baru atau sebesar 40% saham dari modal yang ditempatkan atau disetor penuh, maka Optima Prima akan memperoleh dana IPO Rp54 miliar.

Meilyna menambahkan dana hasil IPO ini akan digunakan untuk memperkuat modal kerja yaitu untuk pembelian kapal bekas yang akan dijadikan besi scrap. “Kami berharap kehadiran OPMS dapat menjadi warna baru bagi pasar modal di Tanah Air. Karena itu, kami optimistis, IPO ini merupakan langkah yang paling tepat untuk memperbesar usaha kami sekaligus memperkenalkan secara luas akan industri besi scrap kepada industri besi baja di dalam negeri,” kata Meilyna.

Direktur Keuangan OPMS Alan Priyambodo Krisnamurti mengatakan hingga April 2019 penjualan OPMS tercatat naik 44,2% menjadi Rp35,2 miliar dari Rp24,4 miliar pada April 2018. Laba bersih OPMS meningkat drastis menjadi Rp2,13 miliar pada April 2019 dan total asset tercatat Rp81,61 miliar.

Sepanjang 2019, OPMS menargetkan menjual 24 ribu ton besi scrap hasil pemotongan dari kapal-kapal bekas. Setahun OPMS menargetkan memotong sebanyak 8 – 10 kapal bekas. Kapal bekas yang menjadi target merupakan kapal yang melebihi usia operasional dan tidak bisa diasuransikan lagi yakni kapal berusia diatas 25 tahun.

Industri besi baja di Indonesia terus bertumbuh setiap tahunnya. Berdasarkan Worldsteel Association, untuk tahun 2017 tingkat produksi nasional crude steel sekitar 5,2 juta ton dan finished steel sekitar 7,9 juta ton. Sedangkan tingkat konsumsi nasional sebesar 13,5 juta ton, hingga terdapat gap yang cukup besar yang harus dipenuhi oleh pemerintah melalui impor.

Artinya, produksi nasional belum mampu memenuhi tingkat konsumsi yang tinggi. Hal ini ditambah dengan pertumbuhan ekonomi besi baja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan produksi nasional. “Kehadiran OPMS sebagai perusahaan besi scrap dari kapal bekas ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan pengolahan besi baja, karena jauh lebih efisien dan kualitas bahan baku yang lebih terjamin,” ujar Alan.