<p>Indonesia memiliki potensi sumber daya mencapai 23.965,5 Mega Watt (MW) dengan kapasitas terpasang sebesar 2.130 MW. Hal ini membuat Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan panas bumi terbesar di dunia.  / Kementerian ESDM</p>

Pertama dalam 20 Tahun, Laju Energi Terbarukan Melambat

  • Jakarta-Laju pertumbuhan energi baru terbarukan (EBT) secara global mengalami penurunan sejak 20 tahun terakhir akibat pandemi COVID-19, namun EBT diperkirakan akan rebound tahun depan. Tahun ini, banyak negara tengah menghemat banyak proyek pembangunan, salah satunya membangun lebih sedikit turbin angin, pembangkit listrik tenaga surya, dan instalasi lain yang menghasilkan listrik terbarukan karena permintaan energi berkurang […]

Ananda Astri Dianka

Jakarta-Laju pertumbuhan energi baru terbarukan (EBT) secara global mengalami penurunan sejak 20 tahun terakhir akibat pandemi COVID-19, namun EBT diperkirakan akan rebound tahun depan.

Tahun ini, banyak negara tengah menghemat banyak proyek pembangunan, salah satunya membangun lebih sedikit turbin angin, pembangkit listrik tenaga surya, dan instalasi lain yang menghasilkan listrik terbarukan karena permintaan energi berkurang di sektor komersial dan industri akibat penundaan berbagai proyek.

“Negara-negara terus membangun turbin angin baru dan pembangkit listrik tenaga surya, tetapi dengan kecepatan yang jauh lebih lambat,” kata direktur eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Biro pada Reuters, Rabu, 20 Mei 2020.

Sebelumnya, Fatih mengatakan negara-negara di dunia justru tengah berlomba-lomba mempercepat realisasi EBT untuk memenuhi tujuan energi dan iklim global. Sayangnya, COVID-19 memaksa pertumbuhannya menjadi melambat.

Menurut laporan Pembaruan Pasar Terbarukan IEA, pelambatan itu membuat penambahan kapasitas yang dapat diperbarui tahun ini hanya sebesar 167 gigawatt (GW), 13% lebih rendah dari tahun lalu.

Tetapi, keseluruhan kapasitas daya terbarukan global masih terus berkembang dan akan tumbuh sebesar 6% pada 2020. Pertumbuhan yang lebih lambat tahun ini mencerminkan keterlambatan dalam kegiatan konstruksi karena gangguan rantai pasokan, tindakan penguncian dan jarak sosial serta tantangan pembiayaan.

Tahun depan, penambahan daya terbarukan diperkirakan akan pulih ke tingkat yang dicapai pada 2019, karena proyek yang tertunda mulai daring dan dengan asumsi kelanjutan kebijakan pemerintah yang mendukung.

Di dalam negeri, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menawarkan diri sebagai laboratorium EBT. Ganjar menilai perkembangan EBT di Indonesia penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi.

“Indonesia butuh energi yang murah. Mudah-mudahan kita bisa membuat sebuah arah kebijakan EBT. Saya akan tawarkan kalau ada rekomendasi yang bisa kita eksekusi, saya mau kok Jawa Tengah dijadikan laboratorium agar bisa didorong percepatan ini,” kata Ganjar, Selasa, 19 Mei 2020.