Pertamina akan Bangun Kilang Baru untuk Olah Crude Impor
PT Pertamina (Persero) akan melanjutkan pembangunan kilang meskipun kinerja operasional dan keuangan perusahaan terdampak pandemi COVID-19. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menjelaskan, pembangunan kilang merupakan suatu keharusan. Dia memaparkan bahwa secara global, hampir semua negara dengan dengan populasi yang besar mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar domestik secara mandiri dalam rangka menjamin ketersediaan energi […]
Nasional
PT Pertamina (Persero) akan melanjutkan pembangunan kilang meskipun kinerja operasional dan keuangan perusahaan terdampak pandemi COVID-19. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menjelaskan, pembangunan kilang merupakan suatu keharusan.
Dia memaparkan bahwa secara global, hampir semua negara dengan dengan populasi yang besar mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar domestik secara mandiri dalam rangka menjamin ketersediaan energi atau security of supply.
“Langkah tersebut tidak bisa ditawar. Bahkan pada negara yang tidak menghasilkan crude sekalipun, mereka juga tetap memprioritaskan membangun kilang. Sehingga di negara maju, umumnya mereka untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri menggunakan produksi dalam kilang sendiri dan telah zero import,” ujarnya di Jakarta, Sabtu, 6 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut Ignatius, untuk pemenuhan optimum capacity kilang, crude yang diperlukan tidak cukup dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri. Adapun sebagian besar crude impor merupakan sour crude dengan kandungan sulfur tinggi, sementara kilang Pertamina dirancang untuk mengolah sweet crude atau crude dengan kandungan sulfur lebih rendah.
“Karenanya, kilang kita perlu penyesuaian agar lebih mudah dan efisien dalam mengolah crude dalam maupun luar negeri,” tegas Ignatius.
Saat ini, Pertamina sudah memiliki lima kilang, antara lain di Balikpapan, Cilacap, Balongan, Dumai, Plaju, dan satu kilang kecil di Sorong. Dari sejumlah kilang tersebut, total produksi BBM sekitar 680 ribu barel per hari. Sementara konsumsi BBM nasional sejak tahun 2017 telah mencapai 1,4 juta barel per hari.
“Artinya ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM masih tinggi. Meski sejak kuartal pertama tahun 2019 Pertamina sudah berhasil untuk tidak mengimpor solar dan avtur, impor untuk produk lain masih diperlukan,” jelasnya.
Sementara itu, Ignatius membandingkan, Singapura memiliki kapasitas produksi kilang mencapai 1,5 juta barel per hari atau lebih besar dari kapasitas produksi kilang nasional yang hanya sekitar 1 juta barel per hari.
“Kami juga telah melakukan kajian dan evaluasi. Hasilnya, membangun kilang akan memberikan nilai tambah atau profitabilitas baik bagi perusahaan maupun negara,” imbuhnya.