<p>Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 31 Agustus 2020. Rapat tersebut membahas tugas dan fungsi ISC sebagai pengganti Petral untuk impor minyak mentah dan BBM, rencana PT Pertamina (Persero) dalam penggunaan BBM ramah lingkungan serta progres dan proyeksi keterjaminan penyediaan LPG 3kg kepada rakyat pada 2020-2024 sesudah restrukturisasi PT Pertamina (Persero) Subholding Pemasaran. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

Pertamina Anggarkan Capex Hingga Rp149,8 Triliun, Apa Saja Targetnya?

  • PT Pertamina (Persero) menetapkan anggaran belanja modal perusahaan atau capital expenditure (capex) sebesar US$10,7 miliar pada tahun ini.

Korporasi

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menetapkan anggaran belanja modal perusahaan atau capital expenditure (capex) sebesar US$10,7 miliar pada tahun ini. Nominal ini kurang lebih setara dengan Rp149,8 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat).

Diketahui, anggaran capek kali ini juga meningkat hingga dua kali lipat dari realisasi capex 2020 yang sebesar US$4,7 miliar.

Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto menyebut, sebesar 46% dari capex tahun ini akan dialokasikan untuk kegiatan hulu migas.

Hal ini sebagai upaya memastikan peningkatan produksi serta cadangan migas agar impor minyak mentah nasional dapat ditekan.

Sementara itu, 36% lainnya akan digunakan untuk melanjutkan pengembangan kilang dan petrokimia,  kemudian 18% akan diserap untuk kegiatan bisnis lainnya, termasuk melanjutkan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

“Capex ini akan mendukung kinerja operasional, termasuk untuk mencapai target produksi migas dari lapangan Pertamina di dalam maupun luar negeri,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Selasa, 13 April 2021.

Target Hulu ke Hilir

Pada tahun ini, lanjutnya, penambahan cadangan migas ditargetkan mencapai 696 Million Barrels Of Oil Equivalent (MMBOE). Dalam rangka pemenuhan energi nasional, pihaknya juga menggenjot kegiatan pengolahan, terutama produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan.

Agus menambahkan, pencapaian Kilang Langit Biru yang beroperasi lebih dari satu tahun terbukti dapat meningkatkan produksi BBM jenis Pertamax sehingga menurunkan impor sebesar US$700 juta per tahun.

Oleh karena itu, perseroan ingin fokus meneruskan pembangunan kilang, serta secara pararel menyelesaikan pembangunan green refinery dan industri petrokimia.

Adapun di sektor hilir, Pertamina menargetkan volume penjualan BBM naik 12% dari tahun lalu. Untuk distribusi gas, target tahun ini sebesar 392 ribu British Thermal Unit (BBTU) dan transmisi gas sebesar 502 BSCF.

Proyek ini akan dibangun melalui jaringan pipa gas, termasuk infrastruktur jargas 500 ribu sambungan rumah tangga.

Terakhir, pengembangan clean energy menuju transisi energi masa depan pada tahun ini ditargerkan produksi listrik sebesar 4,5 ribu GwH.

Implementasi proyek akan dilakukan melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg).