logo
Pertamina Lubricants.jpg
Nasional

Pertamina Bantah Oplos Pertalite jadi Pertamax, hanya Gunakan Zat Aditif

  • Pertamina menjelaskan penambahan aditif pada Pertamax bertujuan untuk meningkatkan performa mesin, bukan untuk mengoplos BBM. Penambahan aditif pada Pertamax diklaim menjadi praktik umum yang juga dilakukan oleh badan usaha lain di industri BBM.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - PT Pertamina Patra niaga kembali menegaskan bahwa bahan bakar minyak (BBM) Pertamax (RON 92) bukanlah produk hasil oplosan. Penegasan ini disampaikan menanggapi isu yang beredar di masyarakat mengenai dugaan pengoplosan Pertamax dengan Pertalite atau BBM jenis lainnya. 

Menanggapi isu yang beredar mengenai dugaan pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax, Pertamina kembali menegaskan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Proses produksi dan distribusi BBM di Pertamina dilakukan dengan sistem yang terintegrasi dan diawasi ketat, sehingga tidak ada ruang untuk praktik pengoplosan. 

"Jadi tidak betul bahwa Pertamax ini adalah produk oplosan, karena kita tidak melakukan hal tersebut," kata Pelaksana Tugas Harian (Pth) Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo, di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2024.

Pertamina menjelaskan penambahan aditif pada Pertamax bertujuan untuk meningkatkan performa mesin, bukan untuk mengoplos BBM. Penambahan aditif pada Pertamax diklaim menjadi praktik umum yang juga dilakukan oleh badan usaha lain di industri BBM. 

"Yang ada adalah fasilitas penambahan aditif dan pewarna. Nah ini menjadi salah satu hal yang ingin kami konfirmasi," jelas Ega.

Aditif berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan performa bahan bakar, antara lain sebagai antikarat, detergensi untuk membersihkan mesin, serta membuat kendaraan lebih ringan saat digunakan. 

"Penambahan-penambahan aditif tersebut adalah sifatnya untuk menambah value dari performansi produk-produk tersebut. Skema ini juga sama dengan badan usaha yang lain," ujar Ega di Jakarta, Rabu.

Tidak Ada Pengoplosan di Terminal Pertamina 

Terminal BBM milik Pertamina tidak memiliki fasilitas blending untuk gasoline, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pencampuran BBM jenis satu dengan lainnya. Fasilitas yang ada di terminal hanya digunakan untuk penambahan aditif dan pewarna, yang bertujuan untuk membedakan produk serta meningkatkan kualitas BBM. 

Menurut Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, Pertamax memiliki spesifikasi sesuai ketentuan pemerintah, yaitu RON 92. Proses produksi dan distribusinya diawasi secara ketat untuk memastikan kualitasnya.

“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina merupakan produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92,” terang Heppy kepada awak media di Jakarta.

Pertamina Patra Niaga mengklaim kualitas dan distribusi BBM mereka diawasi secara ketat oleh pemerintah. Pemeriksaan rutin dilakukan oleh pihak independen untuk memastikan bahwa BBM yang dipasarkan memenuhi standar yang ditetapkan. 

Hal ini termasuk pengawasan terhadap Pertamax, yang harus memenuhi spesifikasi RON 92 sesuai peraturan. Pertamina mengimbau masyarakat untuk selalu membeli BBM di SPBU resmi guna menjamin kualitas dan keaslian produk. 

"Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah," pungkas Heppy.

Menurut Ega, Pertamax dan Pertalite adalah dua produk yang berbeda dengan spesifikasi dan proses produksi yang terpisah. Tidak ada proses pencampuran antara keduanya.