<p>Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, pada Sabtu, 21 Desember 2019. Kawasan TPPI tersebut akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional yang menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM). Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Negara saat meninjau kilang TPPI adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Selain itu hadir pula Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, Presiden Direktur PT TPPI Yulian Dekrie dan Direktur Utama PT Tuban Petro Sukriyanto. / Foto: BPMI Setpres/Kris</p>
Industri

Pertamina Berhasil Balik Kerugian di Tahun Pandemi 2020 jadi Laba Bersih Rp14 Triliun

  • Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Minyak dan Gas PT Pertamina (Persero) berhasil membalikkan kinerja dari rugi menjadi laba sepanjang periode tahun pandemi 2020 senilai US$1 miliar setara Rp14 triliun.

Industri

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Minyak dan Gas PT Pertamina (Persero) berhasil membalikkan kinerja dari rugi menjadi laba sepanjang periode tahun pandemi 2020 senilai US$1 miliar setara Rp14 triliun.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai keberhasilan Pertamina memperoleh laba di atas US$1 miliar pada 2020 di tengah pandemi COVID-19 dinilai tak lepas dari strategi bisnisnya yang tepat.

“Apa yang telah dicapai oleh Pertamina memperoleh laba hingga Rp14 triliun merupakan suatu hal yang luar biasa, dengan strategis bisnis yang tepat. Strategi Pertamina dalam rangka menghadapi tripple shocks saat pandemi bisa berbuah manis,” kata dia di Jakarta dilansir Antara, Minggu, 7 Februari 2021.

Pada semester I-2020, keuntungan Pertamina sempat anjlok dengan mencatatkan kerugian hingga Rp11 triliun. Penyebabnya, menurut dia, BUMN Migas ini mengalami tripple shocks yakni menurunnya harga minyak dunia, menurunnya permintaan, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Akan tetapi dengan strategi bisnis yang tepat, kinerja Pertamina berhasil rebound, sehingga akhir 2020 bisa membukukan keuntungan.

Menurut Mamit, ada sejumlah faktor pendorong yang menyebabkan Pertamina mengalami rebound dalam segi keuntungan, yakni berhasil melakukan efisiensi dengan memangkas biaya produksi.

“Pertamina berhasil melakukan pekerjaan skala prioritas dengan pekerjaan mana saya yang bisa dikerjakan dan pekerjaan yang bisa bisa ditunda sementara waktu,” ujarnya.

Kemudian, perusahaan Migas dalam negeri ini berhasil meningkatkan produksi di tengah harga minyak mentah (crude oil) dunia terkoreksi.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan produksi minyak di semester sebelumnya. Selanjutnya, konsumsi BBM di dalam negeri mengalami peningkatan dibandingkan dengan semester I.

“Terakhir, Pertamina berhasil meningkatkan pendapatannya dari luar core bisnisnya sektor migas. Ini sangat membantu Pertamina,” ujarnya.

Mamit juga memberikan apresiasi atas upaya yang dilakukan Dirut Pertamina Nicke Widyawati untuk mendongkrak revenue perusahaannya, salah satunya dengan melakukan storage, ketika harga minta dunia naik Pertamina melakukan penjualan yang berdampak signifikan terhadap pendapatan.

Terkait dengan pembayaran utang pemerintah sebesar Rp45 triliun kepada Pertamina, Mamit mengatakan bahwa pembayaran utang tersebut menjadi stimulus bagi Pertamina bisa memperoleh keuntungan lebih baik. (SKO)