<p>Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, pada Sabtu, 21 Desember 2019. Kawasan TPPI tersebut akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional yang menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM). Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Negara saat meninjau kilang TPPI adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Selain itu hadir pula Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, Presiden Direktur PT TPPI Yulian Dekrie dan Direktur Utama PT Tuban Petro Sukriyanto. / Foto: BPMI Setpres/Kris</p>
Industri

Pertamina Butuh Investasi Rp615 Triliun Bangun Kilang Minyak hingga 2027

  • Ada 4 proyek kilang minyak jumbo bernilai ratusan triliun yang tengah digarap Pertamina.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina International (KPI) akan terus mengembangkan kilang minyak (BBM) untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di masa depan.

Untuk merealisasikan target tersebut, Pertamina membutuhkan investasi sekitar US$43 miliar atau setara Rp615 triliun hingga tahun 2027 (asumsi kurs Rp14.323 per dolar AS).

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan investasi Pertamina untuk kilang tersebut diharapkan bisa menekan impor bahan bakar minyak (BBM) mulai tahun depan.

"Mulai Oktober 2023, akan ada pengurangan impor dari BBM sebesar 100.000 barel per hari. Ini cukup besar nilainya," katanya dalam keterangan kepada salah satu televisi swasta, Selasa, 11 Januari 2022.

4 Proyek Kilang

Nicke mengungkapkan, setidaknya ada empat proyek kilang yang akan serius digarap oleh Pertamina. 

Pertama, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur dengan investasi US$7 miliar atau sekitar Rp100,2 triliun.

RDMP Kilang Balikpapan merupakan upaya Pertamina untuk meningkatkan kapasitas kilang dari 260.000 barel menjadi 360.000 barel per hari. Proyek ditargetkan selesai pada 2023.

"Kilang ini usianya 100 tahun tetapi kita maintain dan kita operasikan secara baik sehingga tetap masih produktif," kata Nicke.

Kedua, kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang dikerjakan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft). 

Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan antara Pertamina dengan Rosneft Singapore Pte Ltd yang merupakan afiliasi dari perusahaan migas Rosneft asal Rusia. Investasi pabrik petrokimia ini mencapai US$3,8 miliar setara Rp54,15 triliun.

Ketiga, RDMP Kilang Balongan dengan investasi sekitar US$1,2 miliar setara Rp17,18 triliun. 

Keempat, RDMP Kilang Tuban yang dikerjakan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha Pertamina yang  berada di Tuban, Jawa Tengah. Proyek ini menelan investasi Rp168 triliun.

Selain keempat proyek tersebut, Pertamina juga akan mengebut proyek kilang BBM lainnya seperti Biorefinery Cilacap, Biorefinery Plaju, Kilang Dumai, RDMP Plaju, RDMP Cilacap, dan Petrochemical Jabar.

Pertamina saat ini memiliki total enam Sub Holding, yaitu Upstream Subholding, Refinery and Petrochemical Subholding, Commercial & Trading Subholding, Power & New Renewable Energy Subholding, Gas Subdolding, dan Integrated Marine Logistic Company Subholding. Untuk Refinery and Petrochemical Subholding diserahkan sepenuhnya di bawah tanggung jawab KPI.

Target 1,4 Juta BPD

Dengan investasi ratusan triliun tersebut, Pertamina lewat KPI berencana meningkatkan kapasitas pengolahan dan produksi serta tipe minyak mentah.

Dalam rencana perusahaan, kapasitas pengolahan akan meningkat dari 1 juta barel per hari (BPD) menjadi 1,4 juta BPD.

Dengan peningkatan kapasitas pengolahan, produksi BBM ditargetkan menjadi 1,2 juta BPD dari saat ini 700.000 BPD. Sementara produksi petrokimia menjadi 8 juta ton per annum (TPA) dari 1,66 juta TPA saat ini. Tipe minyak mentah pun meningkat menjadi tipe sour dari tipe sweet.

Berdasarkan standar nilai American Petroleum Index (API), tipe sour adalah tipe minyak bumi yang memiliki kandungan sulfur di atas 0,5%, sedangkan yang beratnya di bawah 0,5% diklasifikasikan sebagai tipe sweet.

Selain menaikkan tipe minta, Pertamina bertujuan meningkatkan kualitas produk menjadi Euro 5 dari saat ini hanya Euro 2. Kualitas produk ini menyangkut standar emisi yang dikeluarkan otoritas Uni Eropa. Saat ini, Eropa sendiri sudah menerapkan Euro 6 guna memperbaiki kualitas udara dari produk BBM.