Pertamina Hulu Energi (PHE) Temukan Tiga Cadangan Migas Baru
Nasional

Pertamina dan Medco Dukung Penerapan ESG, Pengamat Energi: SKK Migas juga Perlu Ngegas

  • Setelah pandemi COVID-19 menghantam, dunia dihadapkan kembali oleh tantangan yang belum kunjung teratasi, yakni pemanasan global serta perubahan iklim ekstrem.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Setelah pandemi COVID-19 menghantam, dunia dihadapkan kembali oleh tantangan yang belum kunjung teratasi, yakni pemanasan global serta perubahan iklim ekstrem.

Berangkat dari persoalan itu, mayoritas negara di dunia menyepakati ratifikasi Paris Agreement untuk memitigasi risiko adanya perubahan iklim.

Indonesia juga turut menyepakati Paris Agreement dengan berkomitmen melakukan pengurangan emisi karbon hingga 29% dengan usaha dan sumber daya sendiri. Bahkan jika bisa target pengurangan emisi dapat menyentuh 41% pada 2030.

Untuk mengejar hal tersebut, pemerintah dan pelaku usaha berlomba-lomba menerapkan prinsip Environmental, Social, Governance atau ESG. Dengan kata lain pengelolaan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan dalam berbagai aspek yang bertujuan untuk mendukung ekonomi berkelanjutan.

Para investor pun semakin kencang memilah-milah mana perusahaan yang telah menerapkan ESG sebelum menanamkan modalnya. Penerapan ekonomi berkelanjutan ini juga digenjot pada sektor minyak dan gas (migas).

Dua raksasa migas asal Indonesia yaitu PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) serius menggarap komitmen ESG dalam geliat bisnis migas yang dijalankan.

Implementasi ESG di Sektor Migas

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan bahwa implementasi ESG di Indonesia sudah mulai tampak, namun belum secara optimal diberlakukan.

"Perusahaan migas memang sudah fokus ke penerapan ESG ini termasuk Pertamina dan makin meningkat keseriusannya mendukung ekonomi keberlanjutan ini," kata Mamit kepada TrenAsia.com beberapa waktu lalu.

Sejatinya, lanjut Mamit, regulasi terkait hal ini dapat ditemui dalam ESG Strategy,  Roadmap hingga Policy  yang terus diperbarui demi mewujudkan bisnis keberlanjutan perusahaan migas.

Ia juga mengimbau Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong penerapan ESG di seluruh sektor hulu migas. Baginya, ESG merupakan salah satu tanggung jawab seluruh korporasi terhadap komunitas dan ekosistem lingkungan.

Manfaat ESG

Penerapan ESG pada sektor migas menurut Mamit memang perlu lebih digencarkan karena ekplorasi pascatambang migas rentan dengan kerusakan lingkungan.

Salah satu manfaat sosial yang dapat diambil jika ESG diterapkan di antaranya bagaimana perusahaan menjaga hubungan  dengan komunitas dan masyarakat setempat.

Jika hubungan ini sudah di implementasikan, maka dapat mengangkat perekonomian sekitar dengan memerhatikan kesehatan hingga pendidikan. Bahkan dapat meningkatkan performa finansial perusahaan.

Sisi lingkungan ESG turut membahas mengenai penggunaan energi sebuah perusahaan, limbah, polusi, konservasi sumber daya alam, dan perilaku terhadap flora dan fauna.

Dengan menempatkan kriteria lingkungan dalam manajemen risiko perusahaan, tentunya akan meminimalisir risiko pascapenambangan.

Mamit menilai, dengan kondisi lingkungan yang baik dan mendukung, maka sebuah perusahaan pun akan mendapatkan keberlanjutan dalam operasi bisnisnya.

Namun dengan catatan, manfaat tersebut bisa diperoleh jika tata kelola juga terus digencarkan, karena sebuah perusahaan sangat tergantung dengan aktivitas manajemen dan pemilik perusahaan.

Sehingga hasil atau output yang dirancang seperti kebijakan, standar, budaya, penyingkapan informasi, proses audit dan kepatuhan perusahaan merupakan hal-hal yang turut diperhatikan.

Sebelumnya, Pertamina telah berhasil menjadi motor pendorong ekonomi keberlanjutan di Indonesia. Beberapa hal yang sudah dilakukan perusahaan pelat merah itu antara lain berkontribusi dalam penurunan emisi karbon, menjaga keberagaman hayati hingga penerapan aspek Good Corporate Governance (GCG).

Dalam hal penurunan emisi karbon, hingga tahun 2021 Pertamina berhasil menurunkan 7,4 Million Ton of Equivalent (MTOE) karbon atau sekitar 29% dari baseline 2010. Sementara, untuk menjaga keberagaman hayati atau biodiversity, dalam 5 tahun terakhir Pertamina melakukan konservasi untuk sekitar 30 spesies hewan endemic dan sekitar 24 spesies tanaman yang sebagian besar di antaranya hampir punah.