pertamina-ep_169.jpeg
BUMN

Pertamina EP Sukowati Field Galakkan Petani Swasembada Pupuk Organik

  • Program ini di selenggarakan agar petani dapat mencapai kemandirian dalam produksi pupuk organik melalui pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) berbasis kelompok. program ini juga membantu petani mengembangkan akses irigasi berbasis Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai langkah cerdas mengatasi tantangan pertanian dengan sistem tadah hujan saat musim kemarau.

BUMN

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Pertamina EP Sukowati Field melaksanakan program pemberdayaan petani di Desa Rahayu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Program ini di selenggarakan agar petani dapat mencapai kemandirian dalam produksi pupuk organik melalui pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) berbasis kelompok.

Program ini dikenal dinamakan program Prabu Kresna, selain pengembangan pupuk mandiri, program ini juga membantu petani mengembangkan akses irigasi berbasis Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai langkah cerdas mengatasi tantangan pertanian dengan sistem tadah hujan saat musim kemarau.

Program Prabu Kresna diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat sektor pertanian di Indonesia. Prabu Kresna dilaksanakan dengan sistem transaksi barter limbah organik (kotoran ternak, hijauan, hama keong, dsb.) dengan produk pupuk kompos siap pakai.

Pengelolaan Rumpos tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan produk pertanian, melainkan juga mencakup pembentukan kelompok petani melalui pembelajaran lapangan. 

Pendekatan ini berhasil mengubah paradigma pertanian dari metode konvensional ke organik, khususnya metode SRI yang mendorong pemanfaatan sumber daya lokal dan limbah organik sebagai komponen utama peningkatan kesuburan tanah.

“Program ini juga menghasilkan perbaikan kualitas lingkungan, sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG),” ujar General Manager Zona 11 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, Muzwir Wiratama, Kamis, 9 November 2023.

Pelaksanaan program ini merupakan upaya nyata untuk meningkatkan kualitas tanah pertanian dan merestorasi rantai ekosistem yang sempat terganggu. Dampak positifnya terlihat dari munculnya musuh alami pada lahan pertanian, yang berfungsi sebagai kontrol hama secara biologis. Secara esensial, inovasi ini turut berperan dalam mengembalikan keanekaragaman hayati.

Selain memanfaatkan limbah organik, program ini juga mengeksplorasi pemanfaatan sulfur yang diolah menjadi bahan bangunan untuk Rumah Kompos. Pemanfaatan sulfur menjadi langkah penting dalam mengurangi akumulasi sulfur sebagai solusi lingkungan bagi masyarakat.

Dampak positif dari program ini mebuahkan peningkatan pendapatan petani skala kecil dengan peningkatan sebesar Rp5,3 juta, pemilik lahan sekitar Rp22 juta, dan buruh tani sekitar Rp8,8 juta per musim tanam. 

Selain itu, terdapat kontribusi positif terhadap lingkungan, dengan rata-rata pemanfaatan 5.000 kg/bulan limbah kotoran ternak sebagai bahan utama pembuatan kompos dan pengurangan 400 kg pupuk kimia/ha/musim tanam, yang meminimalkan potensi residu pada lahan pertanian seluas 1 ha.