Pertamina Geothermal (PGEO) Catat Peningkatan Produksi Listrik 4 Persen di Kuartal III-2023
- Diketahui total produksi listrik PGEO pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 3.586 Gigawatt jam (GWh).
Energi
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatatkan peningkatan produksi listrik sebesar 4,3% year on year (yoy) secara tahun pada kuartal III-2023.
Diketahui total produksi listrik PGEO pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 3.586 Gigawatt jam (GWh), dengan Kamojang menjadi area paling produktif (1.281 GWh) diikuti oleh Lahendong (664 GWh).
Direktur Operasi PGEO, Ahmad Yani, menyebut target produksi listrik hingga akhir tahun ini adalah 4.524 GWh, sementara peningkatan kinerja dalam sembilan bulan pertama disokong oleh beberapa faktor.
- Bank OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp3,05 Triliun pada Kuartal III-2023, Naik 20 Persen
- Kimia Farma Bukukan Pendapatan Konsolidasi Rp7,72 Triliun pada Kuartal III 2023
- Iklan Mengganggu Sering Muncul di Ponsel Android Anda? Ini Cara Memblokirnya
Menurut Ahmad, penanggulangan bottleneck di Ulubelu (Unit 1-4) menjadi faktor penentu yang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi PGEO selama kuartal ketiga.
Ahmad melanjutkan, faktor penting lainnya termasuk pemeliharaan area Karaha dari November 2021 hingga Maret 2022 dan perbaikan besar-besaran di berbagai area Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP).
“Perbaikan tersebut sudah kami kerjakan pada PLTP Ulubelu Unit 3 pada kuartal II-2022, PLTP Lahendong Unit 5 & 6 di kuartal I-2022, dan inspeksi tahun pertama PLTP Lumut Balai unit 1 pada kuartal III-2022," kata Ahmad dalam siaran pers, pada Rabu, 01 November 2023.
Ahmad menjelaskan, sejak bergabung pertama kali di bursa karbon Indonesia, PGEO telah mencatat pendapatan sebesar US$ 732 ribu atau sekitar Rp 11,3 miliar.
Terkait hal itu, PGEO sangat mengapresiasi tambahan pemasukan dari perdagangan bursa karbon Indonesia, dengan kontribusi dari penerbitan 864.209 ton CO2eq karbon pada bulan September 2023.
“PGE sudah berpengalaman mengelola proyek kredit karbon sejak 2011. Listrik yang dihasilkan dari panas bumi ini memiliki jejak emisi karbon 10 kali lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik dari sumber daya tak terbarukan. Hal ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target net zero emission," sambungnya.
Ahmad menyatakan bahwa karbon kredit yang dihasilkan oleh PGEO berasal dari proyek-proyek di Karaha (Unit 1), Ulubelu (Unit 3 dan 4), serta Lahendong (Unit 5 dan 6). Tak cukup disitu saja, saat ini perseroan sedang dalam proses verifikasi untuk proyek Lumut Balai (Unit 1 dan 2).
Asal tahu saja, pada perdagangan di Bursa Karbon Indonesia, PGEO terlibat dalam proyek Lahendong (Unit 5 dan 6) melalui kerjasama dengan PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sejak April 2023.
Teknisnya, penjualan karbon oleh Pertamina Group itu dilakukan oleh PPI, yang merupakan subholding Power & New Renewable Energy (PNRE). Di sisi lain, PGEO hanya berperan dalam menyediakan pasokan karbon yang dibutuhkan investor di Bursa Karbon Indonesia.
"Ke depannya, PGE akan tetap berfokus untuk memperkuat posisinya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT), khususnya panas bumi guna menyediakan akses ke energi bersih yang andal dan terjangkau," pungkas Ahmad.