PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)
Bursa Saham

Pertamina Geothermal (PGEO) Ekspansi ke Turki, Bagaimana Prospek Sahamnya?

  • PGEO terus memperkuat posisinya dengan ekspansi global. Baru-baru ini, perusahaan ini menandatangani NDA dengan Kipas Holding, pengembang panas bumi terkemuka di Turki.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus memperkuat posisinya dengan melakukan ekspansi ke pasar global. Terbaru, emiten panas bumi ini menandatangani non-disclosure agreement (NDA) dengan Kipas Holding, salah satu pengembang panas bumi terkemuka di Turki.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi mengungkapkan bahwa  berkolaborasi dengan Kipas Holding, yang merupakan supplier panas bumi terbesar ketiga di Turki, merupakan langkah sinergis yang signifikan. Lantas apa

“Bagi kami, kebijakan Pemerintah Turki terhadap panas bumi cukup berdampak pada pengembangan bisnis panas bumi di negara itu. Pemerintah Turki menawarkan feed-in-tariff yang jelas sangat menguntungkan untuk investasi luar negeri jangka panjang,” ujarnya dalam keterangan tertulis, pada Senin, 5 Februari 2024. 

Penting ditekankan bahwa kolaborasi dengan Kipas Holding memiliki signifikansi yang besar. Upaya ini dilakukan untuk memungkinkan Pertamina Geothermal melakukan ekspansi global. Saat ini, emiten dengan kode saham PGEO tersebut telah menandatangani beberapa perjanjian kerahasiaan (NDA) dengan pengembang panas bumi di Turki.

“Banyak hal positif yang kami dapatkan sebagai usaha untuk menyiapkan PGEO membuka ekspansi global bisnisnya ke depan. Ini sekaligus menjadi upaya konkret terhadap komitmen kami sebagai agen dekarbonisasi di tingkat nasional maupun internasional," tuturnya.

Lebih jauh, Julfi menyatakan bahwa langkah PGEO ke negara dengan pertumbuhan panas bumi tercepat di dunia akan membuka lebih banyak peluang kerja sama. Selain Turki, PGEO telah memulai penjajakan kerja sama pengembangan panas bumi dengan Kenya sejak tahun lalu, yang hingga saat ini masih berlangsung.

“Ke depannya, PGEO berkomitmen untuk menggali lebih banyak peluang dengan perusahaan pengembang panas bumi yang lebih bereputasi dari sisi keuangan, pengelolaan, kapasitas terpasang, hingga expertise di bidang panas bumi,” pungkas Julfi.

Pada sisi lain, Mehmet Şişman, General Manager Kipas Holding, menyambut dengan positif kerja sama dengan PGEO. Ia berharap bahwa kolaborasi tersebut dapat menghasilkan hasil yang positif melalui pertukaran informasi dan pengalaman, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan sektor energi panas bumi baik di Turki maupun di Indonesia.

Prospek Saham PGEO

Berdasarkan data IDX Mobile, pada perdagangan Senin, 5 Februari Februari 2024, pukul 13.25 WIB, saham PGEO berada di level Rp1.240 per saham. Harga tersebut minus 3,50% dari harga pembukaan sebesar Rp1.285 per sahaham. Adapun rentang pergerakan saham ini berada di level Rp1.236-1.285 per saham. 

Sementara itu frekuensi transaksi saham PGEO pada sesi tersebut berada di angka 5.48 ribu dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 30,7 juta lembar saham. Sedangkan nilai transaksi (turnover) emiten panas bumi ini tembus Rp38,7 miliar juta dan kapitalisasi pasar mencapai Rp51,34 triliun.

Meskipun ada penurunan harga saham, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengungkapkan bahwa PGEO memiliki prospek yang bagus karena memiliki lini bisnis di bidang energi baru terbarukan (EBT),

Hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk merealisasikan green economy dan zero carbon. Selain itu, emiten berkodekan saham PGEO itu belum lama ini masuk ke dalam Indeks LQ45, sebuah ranking prestisius perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Pertamina Geothermal Energy saya lihat performa bisnisnya baik ya dari tahun lalu. Ini kalau kita lihat dari 2022 juga berkesinambungan. Perkembangan dari ekspansi bisnis cukup kuat, terutama eksplorasi sumber energi baru dan hijau,”  katanya dalam keterangan tertulis pada Minggu, 04 Februari 2024. 

Dari sudut pandang lain, menurut Myrdal, pergerakan saham PGEO juga menarik karena tetap bertahan pada level tinggi. Pada tahun sebelumnya, pergerakannya stabil di atas Rp 1.000 dan tampaknya menuju ke angka Rp 1.600 per lembar saham.

"Apalagi kondisi pasar global yang cukup kondusif pada penurunan suku bunga Federal Reserve System (The Fed). Selain itu, masuknya PGEO ke Indeks LQ45 membuatnya menjadi saham yang benefit dan tentunya akan menambah kepercayaan bagi investor global untuk masuk ke PGEO," ucapnya.

Sebagai informasi, Indeks LQ45 ini mencakup 45 saham yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kriteria perusahaan untuk masuk dalam indeks ini antara lain termasuk dalam 60 perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi  selama 12 bulan terakhir.

Myrdal menyatakan bahwa inklusi PGEO dalam Indeks LQ45  dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan investor global terhadap perusahaan. Hal tersebut membuka peluang bagi PGEO untuk menarik lebih banyak investor dan meningkatkan pendanaan, sehingga memperkuat posisi PGEO dalam pengembangan energi panas bumi serta memberikan kontribusi pada transisi energi nasional.

Namun, Myrdal mengamati bahwa PGEO memiliki kebutuhan ekspansi yang signifikan. Meski begitu, kondisi suku bunga global dan nasional sulit untuk menurun karena ketidakpastian kebijakan The Fed dalam menurunkan suku bunga acuan secara global.

"Jika ke depan melakukan ekspansi maka harus konsisten untuk mendorong bisnis green economy, misalkan geothermal, hidro, atau cahaya. Karena PGEO kepanjangan dari pemerintah dan kita harapkan untuk tetap fokus on track," tuturnya.