<p>Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, pada Sabtu, 21 Desember 2019. Kawasan TPPI tersebut akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional yang menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM). Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Negara saat meninjau kilang TPPI adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Selain itu hadir pula Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, Presiden Direktur PT TPPI Yulian Dekrie dan Direktur Utama PT Tuban Petro Sukriyanto. / Foto: BPMI Setpres/Kris</p>
Industri

Pertamina Raup Laba Bersih Rp35,8 Triliun, Setor Dividen Rp8,5 Triliun

  • JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih US$2,53 miliar setara Rp35,42 triliun (kurs Rp14.146 per dolar Amerika Serikat) tahun buku 2019. VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan perseroan baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dilaksanakan di Jakarta pada Kamis 18 Juni 2020. Saham […]

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih US$2,53 miliar setara Rp35,42 triliun (kurs Rp14.146 per dolar Amerika Serikat) tahun buku 2019.

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan perseroan baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dilaksanakan di Jakarta pada Kamis 18 Juni 2020. Saham Pertamina 100% dimiliki oleh pemerintah.

“Dengan dinamika dan tantangan bisnis selama 2019, kami bersyukur Pertamina dapat menorehkan berbagai pencapaian dan mempertahankan laba bersih stabil, sama dengan tahun sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip dari laman resmi Pertamina.com, Kamis, 18 Juni 2020.

Selain mengesahkan kaporan keuangan Pertamina tahun buku 2019 yang telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, pemegang saham juga memutuskan setoran dividen tunai sebesar Rp8,5 triliun. Dividen ini meningkat 7% dibandingkan dengan setoran tahun lalu yang sebesar Rp7,95 triliun, dengan dividend payout ratio 23,74% dari laba bersih.

Menurut Fajriyah, perekonomian sepanjang tahun 2019 masih mengalami tekanan sejalan dengan dinamika global. Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja sektor migas seperti nilai Indonesia Crude Price (ICP) yang masih cukup tinggi di level US$62 per barel dan kurs yang cenderung menguat pada kisaran Rp14.146 per dolar AS.

Dengan kondisi tersebut, total pendapatan usaha Pertamina tahun 2019 tercatat sebesar US$54,58 miliar setara Rp772,08 triliun. Sedangkan, total aset Pertamina hingga akhir 2019 mencapai US$67,08 miliar setara Rp948,91 triliun.

Dia menjelaskan, pencapaian kinerja keuangan ini juga dipengaruhi oleh sejumlah pencapaian penting yang didukung oleh peningkatan kinerja operasi dan efisiensi dari berbagai inisiatif dan langkah terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan pencapaian visi perusahaan menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.

Berdasarkan data pada laporan tahunan 2019, Pertamina konsisten untuk terus mewujudkan ketahanan energi nasional, dimulai dari survei seismik yang masif untuk menemukan cadangan migas baru yang diharapkan sebagai giant discovery bagi Indonesia.

Selanjutnya, meskipun tanpa major akuisisi, Pertamina mampu mempertahankan produksi migasnya pada 2019 melalui kegiatan operasional yang intensif yaitu pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi dan melakukan 751 kegiatan workover, serta 13.683 well services.

“Saat ini, Pertamina telah memiliki lapangan migas yang yang tersebar di 13 negara di Benua Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Dari lapangan tersebut, kami berharap dapat mendukung aspirasi pemerintah mencapai 1 juta BOPD dan 4.000 MMSCFD di tahun 2024,” kata Fajriyah.

Selain itu, untuk mendukung ketahanan ekonomi negara, pada 2019, menurut Fariyah, Pertamina juga mencatat capaian penting dengan adanya penurunan nilai impor crude sebesar 35% dan produk sebesar 11%. Langkah ini dapat menghemat devisa sebesar US$7,3 miliar atau Rp109 triliun.

Sejak awal 2019, Pertamina juga telah menyetop impor solar dan avtur pada Februari dan Maret. Bahkan, saat ini Pertamina mencatat volume penjualan avtur di pasar luar negeri yang terus meningkat mencapai 754.000 kiloliter dan melayani maskapai penerbangan domestik dan internasional di 40 bandara dari 20 negara.

“Untuk menekan impor migas, Pertamina juga terus melanjutkan komitmen implementasi B30 lebih cepat pada November 2019, yang target pada Januari 2020,” imbuh Fajriyah.

Fajriyah menambahkan, Pertamina juga terus memperluas akses pelayanan energi untuk menjangkau seluruh pelosok negeri. Sampai dengan akhir 2019 Pertamina berhasil menyelesaikan 161 titik bahan bakar minyak (BBM) 1 harga yang tersebar di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di seluruh Indonesia.

Angka ini pun melebihi target yang ditetapkan pemerintah dan berdampak semakin banyak masyarakat di wilayah 3T yang dapat menikmati harga BBM yang sama dengan daerah lainnya.

Untuk memperluas jangkauan layanan, Pertamina pun membangun 48 Pertashop dan 253 kilometer tambahan jaringan pipa gas, sehingga saat ini mencapai lebih dari 10.000 kilometer jaringan pipa gas terpanjang di Asia Tenggara untuk penyediaan gas industri dan hampir 400.000 jargas sambungan rumah tangga yang meningkat 22% dari tahun 2018.

Tak lupa, kata dia, pembangunan 21 lokasi storage TBBM, delapan lokasi storage avtur dan dua kapal general purpose pun dijalankan untuk memastikan keandalan supply dan distribusi BBM di seluruh Indonesia.

Pada pelaksanaan proyek, tahun 2019 Pertamina tetap mengejar penyelesaian proyek strategis pengembangan dan pembangunan kilang baru. Pada pertengahan 2019, Pertamina telah menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) sehingga dapat meningkatkan kualitas produk BBM dari standar Euro 2 menjadi Euro 4, dan dengan volume produksi yang naik dari 1 juta barel menjadi 1,6 juta barel per bulan.

“Dengan kinerja operasional dan keuangan yang baik, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 dan berada di peringkat 175 atau naik 78 tingkat dari sebelumnya di peringkat 253. Posisi ini akan menjadi kebanggaan bagi Pertamina dan Indonesia,” tegasnya.

Sebelumnya, pemerintah mengucurkan dana untuk Pertamina sebesar Rp45 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan alokasi untuk BUMN itu merupakan bagian dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) bagi perusahaan pelat merah sebagai dampak COVID-19 senilai Rp150 triliun dari total Rp677,2 triliun.

Dana tersebut merupakan utang pemerintah kepada Pertamina sejak 2017 sehingga wajib dibayarkan. Utang tersebut karena Pertamina telah melakukan berbagai macam penugasan yang diberikan pemerintah seperti BBM satu harga, subsidi LPG 3 kg dan subsidi BBM jenis tertentu seperti premium.

Total utang pemerintah sejak 2017 hingga semester I-2019 adalah sebesar US$5,1 miliar atau setara Rp73,95 triliun dengan kurs Rp14.500 per dolar AS. (SKO)