Pertamina Tegaskan Komitmen Investasi Hijau, Begini Strategi Masa Depan Energi RI
- PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mendukung pelaksanaan peta jalan transisi energi melalui berbagai program yang telah berjalan serta dalam pengembangan EBT.
Industri
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) sebagai produsen utama energi nasional telah menegaskan komitmennya untuk mendukung pelaksanaan peta jalan transisi energi melalui berbagai program yang telah berjalan serta dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan peta jalan tersebut merupakan strategi perusahaan dalam merespons arahan Presiden Joko Widodo untuk menjalankan proyek dan investasi hijau menuju transisi energi.
"Kami memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung program pemerintah dalam rangka mewujudkan energi bersih dengan memanfaatkan sumber energi dalam negeri, serta fokus menuntaskan proyek demi proyek secara berkelanjutan agar dapat menyediakan energi yang cukup di masa depan," katanya dalam keterangan pers, Kamis, 2 Desember 2021.
- Kurangi Risiko Kesehatan, Selebriti Leonardo DiCaprio Sampai Bruno Mars Beralih ke Produk Rokok Alternatif
- IHSG Uji Resistance 6.624, Mirae Asset Rekomendasikan Saham ISSP, BBTN, dan BBCA
- Fokus Kembangkan Literasi Keuangan Digital, OJK Gelar Seminar Internasional Bersama OECD
Dia menjelaskan, untuk energi baru Pertamina melanjutkan capaian positif dan memperkuat komitmen inovasi berkelanjutan dengan sukses mengolah Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100% yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) di Kilang Dumai dan ditargetkan rampung tahun 2022.
Pada tahun 2019, Pertamina telah sukses mengimplementasikan B30 yang bersumber dari olahan minyak kelapa sawit.
Pada Agustus 2021 lalu, Pertamina kembali mencetak prestasi dalam industri aviasi melalui produksi Bioavtur J2.4, sebuah inovasi energi bersih berbasis bahan bakar nabati (BBN) untuk moda transportasi udara.
Produk BBN tersebut tidak terlepas dari pengembangan Katalis Merah Putih yang dilakukan Research & Technology Innovation Pertamina bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Fajriyah mengungkapkan, Pertamina juga tengah melaksanakan eksekusi revamp Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) pada proyek Standalone Biorefinery Phase 1 di Kilang Cilacap. Proyek ini ditargetkan rampung pada 10 Desember 2021 mendatang dan lanjut tahap II pada tahun 2023.
Dengan selesainya proyek tersebut, Kilang Cilacap akan mampu memproduksi Biodiesel HVO (D100) dengan kapasitas 3.000 barel per hari (kbpd) dari Feed Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Berikutnya, Pertamina melalui Standalone Biorefinery Kilang Plaju ditargetkan tahun 2024.
"Keseluruhan proyek pengembangan BBN ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menghadapi transisi energi yang dampaknya berpotensi mengurangi impor minyak," kata Fajriyah.
Dia menambahkan, pengembangan Biofuel tersebut akan ditingkatkan pada Phase 2, sehingga kelak Kilang Cilacap akan mampu mengolah D100 dengan kapasitas 6 kbpd dari multi-feed yaitu RBDPO, Crude Palm Oil (CPO), ataupun minyak jelantah (UCO). Pengembangan Phase 2 ditargetkan akan selesai pada tahun 2024.
“Biodiesel yang 100% bersumber dari nabati ini merupakan bukti bahwa Pertamina sungguh-sungguh mendukung program Pemerintah untuk memanfaatkan sumber energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM," katanya.
- Suku Bunga Naik, Siap-Siap Biaya Dana Bank Melonjak
- Emtek Beberkan Soal Potensi Akusisi DANA Oleh Sinarmas
- Pembatasan Dibuka, Garuda Indonesia Teken MoU dengan Singapura Airlines
Kembangkan Green Hydrogen
Fajriyah menerangkan, energi baru lainnya yang sedang dikembangkan Pertamina yakni Green Hydrogen dan Blue Hydrogen yang pilot project-nya akan dimulai di lingkungan operasi.
Untuk Green Hydrogen, melalui PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), perusahaan menargetkan dapat diproduksi dari seluruh Wilayah Kerja Geothermal Pertamina dengan produksi sekitar 8.600 kg per hari.
Pilot project Green Hydrogen telah dimulai di WK Ulubelu. Selain itu, melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) juga sedang menyiapkan proyek pengembangan Blue Hydrogen dari proses elektrolisa air dengan sumber energi listrik yang tersertifikasi hijau, menggantikan proses produksi hydrogen konvensional yang mengubah gas alam. Pengembangan Blue Hydrogen akan difokuskan di Kilang Plaju dan Kilang Cilacap.
“Melalui proyek tersebut, Pertamina dapat mengurangi jejak karbon dalam pembuatan hydrogen. Sehingga, dengan adanya Blue Hydrogen, maka lini bisnis pengolahan Pertamina juga dapat berkontribusi dalam mereduksi emisi saat operasi dikarenakan sumber hydrogen yang digunakan lebih ramah lingkungan," terang Fajriyah.
Tidak berhenti di situ, langkah memproduksi energi baru juga dilakukan dalam pengembangan Dimethyl Ether (DME) yang bersumber dari batu bara.
Melalui sinergi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Air Product Chemicals, Inc. (APCI), Pertamina akan mulai menjalankan pilot project pengembangan DME di Tanjung Enim.
Untuk pembangkit listrik berbasis energi baru, Pertamina mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomass (PLTBm) dengan total kapasitas 153 MW yang ditargetkan selesai 2026.
Saat ini, yang telah beroperasi PLTBg di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatra Utara dengan total kapasitas 2,4 MW.
Baterai Listrik
Fajriyah menuturkan bahwa pengembangan energi baru juga ditetapkan Pertamina dengan mengembangkan proyek pembuatan baterai dan penyimpanan (storage) dalam rangka mendukung tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Melalui perusahaan konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC), Pertamina bersama ketiga BUMN lainnya menargetkan produksi 140 GWh pada tahun 2029 yang diperuntukkan untuk kendaraan roda 2 dan roda 4.
Selain itu, Pertamina terus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai EBT. Pertamina menargetkan pada tahun 2026, kapasitas PLTS akan mencapai sekitar 910 Mega Watt (MW), di antaranya untuk PLTS di Wilayah Kerja Rokan mencapai 200 MW, PLTS di 5.000 SPBU kapasitas mencapai 31 MW.
Kemudian di PLTS Kilang Dumai dengan kapasitas 83 MW dan dilanjutkan ke kilang lain, terminal BBM/LPG dan fasilitas lainnya dari hulu ke hilir mencapai lebih dari 130 MW.
Selain itu, proyek energi terbarukan yang lebih dahulu dikembangkan Pertamina yakni panas bumi. Melalui Pertamina Geothermal Energy, Pertamina mengelola 14 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW yang terdiri dari 672 MW (Own Operation) dan 1.205 MW (Joint Operation).