russia-china-politics-diplomacy_169.jpeg
Dunia

Pertemuan Dua Teman dan Skeptisisme Amerika

  • Vladimir Putin telah menyambut timpalannya dari China Xi Jinping di Moskow.

Dunia

Amirudin Zuhri

MOSKOW- Vladimir Putin telah menyambut timpalannya dari China Xi Jinping di Moskow. Sinyal jelas bahwa kedua kekuatan ini semakin dekat termasuk dalam upaya melawan kekuatan Amerika.

Kedua pemimpin yang saling memanggil "teman baik" itu bertukar pujian selama pertemuan di Kremlin. Keduanya  terkunci dalam pembicaraan selama lebih dari 4 jam pada  Senin 20 Maret 2023.

Ini adalah kunjungan pertama Xi ke Rusia setelah Putin  memulai invasinya ke Ukraina pada Februari 2022. Juga terjadi beberapa hari  setelah surat perintah dikeluarkan oleh pengadilan criminal internasional untuk menangkap presiden Rusia atas dugaan kejahatan perang di Ukraina. Rusia dengan tegas menolak keputusan tersebut.

Putin dalam pertemuan itu mengaku "sedikit iri" terhadap "sistem pertumbuhan ekonomi China yang sangat efektif. Sementara Xi mengatakan Rusia telah membuat langkah besar dalam pembangunan yang makmur.

Diskusi tersebut merupakan bagian dari perjalanan tiga hari, yang dijelaskan oleh kedua negara sebagai kesempatan untuk memperdalam persahabatan tanpa batas mereka.

Perang Ukraina menjadi salah satu topik dalam pembicaraan tersebut. China kembali menegaskan posisi netralnya dan mendorong penyelesaian segera konflik yang sudah memasuki tahun kedua itu. Beijing telah menawarkan 12 poin perdamaian untuk kedua pihak. Beberapa di antaranya adalah genjatan senjata, penghormatan integritas negara dan penghentian sanksi sepihak.

Putin dalam pertemuan itu mengatakan pihaknya akan mengkaji serius jalan yang ditawarkan oleh China. “Pada prinsipnya Rusia selalu terbuka dengan dialog untuk menyelesaikan konflik,” katanya.

Selama ini Rusia mengatakan perdamaian bisa diraih jika Ukraina mau menerima sejumlah kenyataan baru. Di antaranya mereka telah kehilangan empat wilayah yang dianeksasi Rusia. Sedangkan Ukraina menegaskan perdamaian harus didasarkan dengan penarikan pasukan Rusia dari wilayahnya.

Pertemuan Putin dan Xi jelas menjadi tantangan bagi Amerika. Pertemuan ini terjadi saat hubungan Washington dan Beijing semakin tegang.

Postur Amerika yang semakin agresif terhadap China semakin memicu persepsi di kalangan elit Beijing, bahwa mereka harus bersatu dengan Rusia untuk melawan Barat. Xi baru-baru ini mengeluarkan teguran blak-blakan terhadap kebijakan Amerika. Dia  menuduh Washington terlibat dalam kampanye untuk menekan China.

Putin sendiri mengatakan kehadiran Xi adalah kemenangan diplomatik yang prestisius di tengah upaya Barat untuk mengisolasi Rusia setelah invasi ke Ukraina. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar China People's Daily menjelang kunjungan tersebut, Putin membidik Amerika  dengan mengatakan  kedua negara tidak siap menerima upaya untuk melemahkan mereka.

Dia menyebut kebijakan Amerika untuk menghalangi Rusia dan China, serta semua orang yang tidak tunduk pada diktat Amerika, semakin ganas dan agresif.

Skeptis

Amerika sendiri bersikap sinis dan skeptis dengan pertemuan kedua pemimpin itu.  Juru bicara Gedung Putih  John Kirby mengatakan Amerika tetap khawatir bahwa Xi akan mengulangi seruan untuk gencatan senjata di Ukraina yang hanya akan menguntungkan Rusia. Yakni  dengan membiarkan pasukan Rusia tetap berada di dalam wilayah Ukraina.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan kunjungan Xi Jinping menunjukkan niat China untuk memberikan perlindungan  diplomatic. Apalagi kunjungan terjadi beberapa hari setelah Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Putin.

Sementara terkait genjata senjata Blinken  mengatakan setiap seruan harus mencakup penarikan keluar pasukan Rusia dari Ukraina. “Karena jika tidak itu secara efektif akan mendukung ratifikasi penaklukan Rusia. Ini akan memungkinkan Presiden Putin untuk beristirahat dan memperbaiki pasukannya, dan kemudian memulai kembali perang sekaligus lebih menguntungkan bagi Rusia,” tegasnya.

Di tengah kunjungan Xi Jinping ke Rusia, Amerika dan sekutunya juga kembali menunjukkan dukungannya ke Ukraina. Entah disengaja atau tidak pada hari yang sama Amerika mengumumkan bantuan militer terbaru ke Kyiv senilai sekitar US$350 juta. Bantuan mencakup lebih banyak amunisi untuk HIMARS, serta amunisi untuk Kendaraan Tempur Infanteri Bradley, rudal HARM, senjata anti-tank, kapal sungai, dan peralatan lainnya.

Dalam waktu yang bersamaan, Uni Eropa juga mengatakan negara-negara anggotanya telah sepakat untuk menyediakan 1 juta amunisi artelieri ke Kyiv.  Menteri Pertahanan Estonia Hanno Pevkur mengatakan konsensus politik telah tercapai  untuk mengirimkan 1 juta amunisi 155mm. Diperkirakan 18 anggota Uni Eropa akan mengeluarkan sekitar 2 miliar euro untuk bantuan itu.

Juga dalam hari yang sama Norwegia mengatakan telah mengirimkan 8 tank Leopard 2 ke Ukraina.  Kendaraan lapis baja itu sudah sampai ke Kyiv.  Sementara kementerian pertahanan Jerman mengatakan  kendaraan tempur infanteri Marder bantuan mereka sedang dalam perjalanan ke Ukraina. Jerman mengumumkan pada bulan Januari akan memberi Ukraina 40 kendaraan Marder.