Pertumbuhan Bisnis Hijau Indika Energy Kompak Salip Batu Bara
- Meski porsinya terus menipis, porsi bisnis emas hitam masih sebesar 87,95% dari total pendapatan INDY
Korporasi
JAKARTA – Batu bara masih menjadi tulang punggung bisnis PT Indika Energy Tbk (INDY). Meski porsinya terus menipis, porsi bisnis emas hitam masih sebesar 87,95% dari total pendapatan INDY.
Sepanjang 2023, penjualan batu bara Indika Energy mencapai US$2,66 miliar, susut 29,65% dibandingkan dengan 2022 senilai US$3,78 miliar. Di mana impor batu bara menjadi kontributor utamanya dengan penjualan sebanyak US$2,17 miliar dibandingkan dengan pasar domestik US$478 juta.
Mengekor di bawah tambang batu bara, segmen jasa energi mendulang pendapatan senilai US$220,55 juta. Segmen jasa energi juga mengalami tren penurunan dari semula pada 2022 bisa menghasilkan US$284,09 juta.
Baca Juga: Saham Indika Energy (INDY) Diparkir Menghijau Usai Ungkap Fakta Ini
Di luar itu, Indika Energy memiliki keran uang dari segmen logistik dan infrastruktur. Tahun lalu, bisnis segmen ini tumbuh jadi US$38,89 juta dari sebelumnya US$33,65 pada 2022.
Pendapatan dari segmen ini berasal dari proyek pembangkit listrik (PPL) berkapasitas 660 megawatt yang terletak di Cirebon, Jawa Barat (CEP) dan PPL berkapasitas 1.000 megawatt di Cirebon (CEPR).
Senasib dengan batu bara, tambang mineral INDY juga mengalami penurunan pendapatan jadi US$6,09 juta dari semula US$8,51 juta pada 2022.
Pada bisnis hijau, Indika Energy menggarap bisnis kendaraan listrik, salah satunya adalah motor listrik dengan merek Alva One. Tahun lalu, bisnis ini berhasil meningkatkan pendapatan jadi US$11,10 juta dari sebelumnya US$9,82 juta pada 2022.
Kemudian, INDY juga cukup mahir menjalankan bisnis ventura digital. Buktinya, segmen ini juga meraih pendapatan sebesar US$8,41 juta, naik dari sebelumnya US$6,79 juta.
Terakhir, pendapatan dari pos lain-lain terkumpul sebanyak US$79,55 juta, melorot dari tahun 2022 US$207,48 juta.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Terima Kredit Rp4,6 T dari Bank Mandiri dan BNI untuk Bayar Utang
Kinerja 2023
Indika Energy melaporkan laba bersih senilai US$119,7 juta atau Rp1,9 triliun (asumsi kurs Rp15.909 per dolar Amerika Serikat). Keuntungan INDY rontok 73,56% secara tahunan (year on year) dari US$452,6 juta pada 2022. Berkurangnya laba INDY disebabkan oleh penurunan pendapatan tahun lalu.
Sepanjang 2023, pendapatan Indika Energy drop 30,2% yoy menjadi US$3,02 miliar dibandingkan dengan US$4,33 miliar pada tahun sebelumnya. Arsjad selaku direktur utama mengatakan, penurunan pendapatan INDY utamanya disebabkan oleh menurunnya harga jual batu bara rata-rata Kideco pada 2023 sebesar US$72,9 per ton dibandingkan US$86,6 per ton pada tahun sebelumnya.
Alhasil, laba kotor perseroan menurun 62,0% menjadi US$552,0 juta, dari sebelumnya US$1,45 miliar di tahun 2022. Beban penjualan, umum dan administrasi tercatat turun 0,4% menjadi US$239,8 juta di tahun 2023 dari sebelumnya US$240,7 juta di tahun 2022 yang dikarenakan biaya pemasaran dan biaya domestic market obligation (DMO) yang menurun.
Penurunan tersebut sebagian diimbangi oleh pembayaran Pembayaran Negara Bukan Pajak (PNBP) ke Pemerintah Pusat dan Daerah. Perseroan mencatat beban PNBP sebesar US$27,0 juta pada 2023, yang terkait dengan pembagian keuntungan sebesar 10% dari laba bersih Kideco yang dibayarkan kepada Pemerintah sesuai dengan ketentuan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Kideco.
Sementara itu, biaya Keuangan Perseroan menurun 17,4% menjadi US$85,6 juta pada 2023 yang terutama disebabkan oleh penurunan bunga atas pokok obligasi yang lebih rendah akibat pelunasan obligasi lebih awal, amortisasi emisi dan premi obligasi yang lebih rendah yang dihasilkan dari pelunasan lebih awal obligasi sebesar US$5,2 juta. Sebagai hasilnya, Indika Energy membukukan laba bersih sebesar US$119,7 juta.