Pertumbuhan dan Prospek Cerah Lippo General Insurance di Tengah Akuisisi oleh Hanwha
- Selama periode 2013 hingga 2022, LPGI mencatatkan pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sekitar 14%, dengan total premi tertulis melebihi Rp2,5 triliun, menempatkan LPGI di posisi ke-8 di pasar asuransi umum Indonesia dengan pangsa pasar 3,2%.
IKNB
JAKARTA – PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI), yang didirikan pada tahun 1963, telah mengalami berbagai perubahan merek selama bertahun-tahun. Perusahaan ini menawarkan berbagai produk asuransi yang beragam dan terus menunjukkan pertumbuhan positif. Berdasarkan riset terbaru dari Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, LPGI telah mencatatkan pertumbuhan premi tertulis yang melampaui rata-rata industri.
Selama periode 2013 hingga 2022, LPGI mencatatkan pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sekitar 14%, dengan total premi tertulis melebihi Rp2,5 triliun, menempatkan LPGI di posisi ke-8 di pasar asuransi umum Indonesia dengan pangsa pasar 3,2%.
Pada tahun 2023, LPGI diakuisisi oleh Hanwha, perusahaan asuransi jiwa terbesar di Korea Selatan. Akuisisi ini membuka peluang besar bagi LPGI untuk berkembang lebih lanjut dengan dukungan jaringan keuangan luas dari Hanwha.
“Dengan hadirnya Hanwha yang memiliki jaringan finansial yang ekstensif, LPGI memiliki peluang besar untuk terus tumbuh,” ujar Rizkia Darmawan melalui hasil risetnya, dikutip Rabu, 23 Oktober 2024.
- Riset Ini Ungkap Kenapa Proyek Food Estate Rentan Gagal
- Perlawanan Para Profesor Terhadap Praktik Obral Gelar
- Kekayaan Aguan, Bos Agung Sedayu Melejit Rp40 Triliun Karena Ini
Faktor Pendorong Pertumbuhan LPGI
Rizkia Darmawan menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan LPGI di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat, peningkatan belanja masyarakat, regulasi yang mendukung, rendahnya penetrasi asuransi, dan pembangunan infrastruktur menjadi elemen kunci dalam memperkuat posisi LPGI di pasar asuransi umum.
LPGI juga berencana untuk memanfaatkan berbagai inisiatif pemerintah, seperti penerapan asuransi kendaraan bermotor wajib yang direncanakan akan berlaku pada tahun 2025.
Selain itu, pemindahan ibu kota negara ke Nusantara juga membuka peluang besar bagi LPGI dalam sektor asuransi rekayasa (engineering insurance).
Baca Juga: Keterbatasan Data Hambat Rancangan Asuransi Kendaraan Listrik
“Pemindahan ibu kota akan menciptakan banyak proyek infrastruktur, yang akan memberikan peluang bagi LPGI untuk tumbuh di sektor asuransi rekayasa,” tambah Rizkia.
Dengan kehadiran Hanwha dan semakin meningkatnya investasi Korea di Indonesia, LPGI juga berencana untuk memperkuat kemitraan dengan perusahaan-perusahaan asal Korea.
Rizkia menilai bahwa LPGI berada pada posisi yang strategis untuk mendapatkan keuntungan dari konsolidasi pasar yang diperkirakan akan terjadi di industri asuransi Indonesia.
- Bahlil Lahadalia Raih Gelar Doktor dari UI, Ini Sederet Kontroversinya
- Kala “Wakil Tuhan” Menuntut Kenaikan Gaji
- 20 Tips Meningkatkan Traffic Website Secara Efektif
Valuasi LPGI di Pasar Saham
Saat ini, saham LPGI diperdagangkan dengan rasio harga terhadap laba atau Price Earning (P/E) Ratio tahunan sebesar 19,2 kali, yang masih berada di bawah rata-rata P/E selama tiga tahun terakhir.
Rizkia memperkirakan bahwa valuasi LPGI akan meningkat seiring dengan proyeksi pertumbuhan total premi tertulis sebesar 15,4% secara CAGR dari 2023 hingga 2033.
Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan premi tertulis untuk properti, kendaraan bermotor, dan rekayasa, yang masing-masing diproyeksikan tumbuh dengan CAGR sebesar 22,9%, 37,6%, dan 28,4%.
“LPGI memang diperdagangkan dengan premium dibandingkan dengan perusahaan sejenis, namun ekspansi agresif yang direncanakan perusahaan dapat membenarkan valuasi tersebut,” jelas Rizkia.
Namun demikian, ia juga menekankan bahwa terdapat beberapa risiko yang perlu diperhatikan, seperti persaingan pasar, perlambatan ekonomi, dan tantangan regulasi yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan ke depannya.