Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat mengikuti rapat kerja dengan Bandan Anggaran DPR RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding Global, BI Ingatkan untuk Tetap Waspada

  • Perry mengatakan, BI memperkirakan ekonomi Indonesia tahun 2022 bisa tumbuh bias ke atas di kisaran 4,5-5,3% untuk tahun ini karena kinerja positif dari ekspor dan konsumsi swasta.

Nasional

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 diprediksi lebih baik dibandingkan skala global, Bank Indonesia (BI) tetap mengingatkan pentingnya kewaspadaan di tengah gejolak yang terjadi di skala global pada 2023.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam agenda Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 yang diselenggarakan secara virtual, Senin, 30 Januari 2023.

Perry mengatakan, BI memperkirakan ekonomi Indonesia  tahun 2022 bisa tumbuh bias ke atas di kisaran 4,5-5,3% untuk tahun ini karena kinerja positif dari ekspor dan konsumsi swasta.

"Pada 2022, kita melihat BI memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia bisa bias ke atas dalam kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Bisa sekitar 5,1 persen atau bahkan 5,2 persen. Tidak hanya dari ekspor, tapi juga konsumsi swasta yang meningkat, bandingkan dengan global yang pada tahun 2022 hanya tumbuh 3 persen," ujar Perry.

Perry pun mengajak masyarakat Indonesia untuk bersyukur juga karena inflasi bisa turun lebih cepat dari perkiraan pascapenyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan September.

Pada awalnya, setelah adanya kenaikan harga BBM, BI memperkirakan inflasi di akhir tahun akan tercatat di posisi 6,5% secara tahunan.

Akan tetapi, di penghujung akhir tahun 2022, inflasi tanpa disangka-sangka menyurut melebihi ekspektasi hingga ke posisi 5,51%.

"Suatu capaian dibandingkan dengan negara-negara lain yang banyak mengalami inflasi di atas 8%. Suatau capaian yang harus kita syukuri," kata Perry.

Kemudian, Perry mengatakan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah sebesar 8,9% di tengah penguatan dolar AS yang sangat kuat, hampir mencapai 22-25%.

Rupiah dikatakan Perry masih cukup bertahan dari keperkasaan dolar AS karena transaksi ekspor-impor yang berjalan surplus.

Walaupun beberapa variabel di atas menunjukkan catatan positif bagi perekonomian Indonesia pada tahun 2022, namun Perry tetap mengingatkan bahwa tahun 2023 harus dihadapi dengan kewaspadaan mengingat gejolak ekonomi global yang masih berlangsung.

"Di tahun 2023, kita harus waspada. Global masih belum bersahabat, masih bergejolak. Tapi, dengan keyakinan kita, mari kita optimis. BI memperkirakan di tahun 2023 ini pertumbuhan 4,5-5,3%. Kemungkinan sekitar 4,9%. Bisa saja kalau konsumsi cepat, mengarah ke 5%," katanya.