Pemandangan di Singapura (Reuters/Caroline Chia)
Dunia

Pertumbuhan Ekonomi Singapura Lebih Lambat dari Perkiraan Awal

  • Perekonomian Singapura tumbuh lebih lambat dari perkiraan awal pada kuartal keempat tahun lalu, karena revisi yang menurun dalam sektor konstruksi dan manufaktur, tetapi negara kota itu masih berharap akan adanya peningkatan aktivitas pada tahun 2024.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Perekonomian Singapura tumbuh lebih lambat dari perkiraan awal pada kuartal keempat tahun lalu.

Produk Domestik Bruto (PDB) naik 2,2% secara tahunan pada kuartal keempat. Data pemerintah menunjukkan pada hari Kamis, 15 Februari 2024, PDB ternyata lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 2,8% yang dirilis bulan lalu.

Ekspansi kuartal keempat juga di bawah 2,5% dalam jajak pendapat perkiraan Reuters.

Secara kuartalan, PDB Singapura naik sebesar 1,2% pada periode Oktober-Desember, dibandingkan dengan 1,7% dalam perkiraan awal.

Kementerian perdagangan mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB untuk tahun 2024 di kisaran 1,0% hingga 3,0%.

Beh Swan Gin, sekretaris tetap pengembangan di kementerian perdagangan, mengatakan sektor manufaktur dan perdagangan yang terkait diperkirakan akan mengalami peningkatan secara bertahap pada tahun 2024 dan pemulihan yang berkelanjutan dalam perjalanan udara dan kedatangan internasional akan mendukung sektor pariwisata dan penerbangan.

Sepanjang tahun 2023, PDB tumbuh 1,1%, lebih lambat dari 3,8% pada tahun 2022.

Beh menyebut risiko dari konflik antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung serta perang di Ukraina, dampak kumulatif dari ketatnya kebijakan moneter terhadap sistem perbankan dan keuangan yang rentan, serta gejolak biaya idiosinkratik yang mengganggu proses desinflasi global, yang telah membuat kondisi keuangan tetap ketat untuk waktu yang lebih lama.

Dilansir dari Reuters, pada Kamis, 15 Februari 2024, Ekonom OCBC, Selena Ling, mengatakan ada pengakuan bahwa lonjakan inflasi belakangan ini bisa membuat antisipasi pasar terhadap perubahan kebijakan yang segera menjadi kacau.

Bank sentral Singapura tidak mengubah pengaturan kebijakan moneter dalam tinjauan pertamanya tahun ini karena tekanan inflasi terus mengendur dan prospek pertumbuhan membaik.

Otoritas Moneter Singapura (MAS) telah meningkatkan frekuensi penilaiannya dari dua kali setahun menjadi triwulanan mulai tahun 2024.

Edward Robinson, kepala ekonom MAS, pada hari Kamis mengatakan kebijakan moneter tetap tepat meskipun ketidakpastian terus berlanjut pada pertumbuhan dan inflasi, yang katanya akan dipantau oleh bank sentral.

Inflasi inti pada bulan Desember adalah 3,3% secara tahunan, melambat dari puncaknya sebesar 5,5% pada awal tahun lalu.