Ilustrasi kredit perbankan.
Perbankan

Pertumbuhan Kredit Bank Masih Jauh Lebih Cepat dari DPK, LDR Kian Merangkak Naik

  • Sementara kredit terus tumbuh di level double digit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami perlambatan, tercatat hanya tumbuh 7,01% yoy pada Agustus 2024, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,72% yoy.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penyaluran kredit perbankan hingga Agustus 2024 mencapai Rp7.508 triliun, meningkat 11,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, secara bulanan, penyaluran kredit mengalami koreksi sebesar 0,09%. Sementara itu, sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd), kredit tercatat tumbuh 5,89%.

Kredit Investasi Dominasi Pertumbuhan

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner OJK yang digelar pada Selasa, 1 Oktober 2024, bahwa pertumbuhan kredit terutama didorong oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,08% yoy. 

Selain itu, kredit modal kerja juga mencatatkan peningkatan sebesar 10,75% yoy, disusul oleh kredit konsumsi yang naik 10,83% yoy.

Risiko Kredit Menurun

Dari sisi risiko, tingkat kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan menunjukkan penurunan. NPL gross turun tipis dari 2,27% menjadi 2,26% secara bulanan, sedangkan NPL net juga sedikit menurun dari 0,79% menjadi 0,78%. 

“Selain itu, rasio kredit berisiko atau loan at risk (LAR) juga turun dari 10,27% menjadi 10,17%,” papar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Senin, 1 Oktober 2024. 

DPK Tumbuh Melambat

Sementara kredit terus tumbuh di level double digit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami perlambatan, tercatat hanya tumbuh 7,01% yoy pada Agustus 2024, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,72% yoy. 

Hal ini menyebabkan rasio likuiditas, yang diukur dari loan to deposit ratio (LDR), meningkat dari 86,51% menjadi 86,8%.

Profitabilitas Perbankan Meningkat

Dari sisi profitabilitas, perbankan mencatatkan peningkatan tipis pada Agustus 2024. Net interest margin (NIM) naik sebesar 1 basis poin (bps) menjadi 4,6%, dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 4,59%. Sementara itu, return on asset (ROA) perbankan tetap stabil di angka 2,69%, sama seperti bulan sebelumnya.

Stabilitas Jasa Keuangan di Tengah Tren Turun Suku Bunga

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengungkapkan bahwa sektor jasa keuangan nasional tetap stabil dan menunjukkan penguatan meskipun beberapa negara mulai melonggarkan kebijakan moneter mereka. Namun demikian, OJK terus mencermati kondisi ekonomi global yang mengalami pelemahan.

Perlambatan Ekonomi Global Menjadi Tantangan

Mahendra menyatakan bahwa perlambatan ekonomi global semakin nyata di banyak negara utama. Hal ini terlihat dari penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh The Federal Reserve (The Fed) untuk tahun 2024, yang diiringi dengan peningkatan angka pengangguran dan penurunan inflasi di Amerika Serikat. 

“The Fed telah menurunkan outlook ekonomi AS pada 2024, diikuti dengan kenaikan tingkat pengangguran dan penurunan inflasi,” ujar Mahendra dalam kesempatan yang sa,a.

Di sisi lain, ekonomi Tiongkok juga menghadapi tantangan, terutama di sektor manufaktur yang melambat, menyebabkan tingkat pengangguran mencapai titik tertinggi dalam enam bulan terakhir. 

Khususnya, tingkat pengangguran muda di Tiongkok juga mengalami kenaikan. Selain itu, Mahendra menyebutkan bahwa Eropa juga menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat dengan peningkatan inflasi yang signifikan.

Kebijakan Pemotongan Suku Bunga Bank Sentral Dunia

Menghadapi tantangan ekonomi ini, beberapa bank sentral di berbagai negara telah mengambil langkah untuk memangkas suku bunga. The Fed, misalnya, memotong suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Di Tiongkok, Bank Sentral China (PBOC) juga agresif memangkas suku bunga serta berkomitmen untuk mengeluarkan kebijakan akomodatif lainnya, termasuk menurunkan rasio cadangan wajib (GWM) sebesar 50 bps untuk meningkatkan likuiditas perbankan. Selain itu, mereka juga berjanji mendukung sektor properti selama dua tahun ke depan.

Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BoE) turut mengikuti langkah serupa dengan menurunkan suku bunga mereka. 

Mahendra menambahkan bahwa langkah-langkah ini telah meningkatkan likuiditas di pasar keuangan global, yang pada gilirannya mendorong penguatan di banyak negara.

Stabilitas Ekonomi Indonesia Tetap Terjaga

Sementara itu, Mahendra mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia masih terjaga stabil dengan inflasi yang terkendali serta neraca perdagangan yang mencatatkan surplus. 

Pemotongan suku bunga acuan juga dinilai memberikan sentimen positif di pasar keuangan domestik. Meski begitu, OJK tetap mengingatkan sektor jasa keuangan untuk tetap waspada terhadap kondisi global, ketegangan geopolitik yang tinggi, dan fluktuasi harga komoditas.

“Sektor jasa keuangan diimbau untuk terus mengambil langkah antisipatif guna menghadapi potensi risiko yang muncul akibat ketidakpastian ekonomi global,” tutup Mahendra.