Pertumbuhan Utang Luar Negeri Indonesia Melambat
JAKARTA- Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat US$408,5 miliar pada akhir triwulan III-2020 atau tumbuh 3,8 persen (yoy). Turun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,1 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran ULN swasta. Jumlah tersebut dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) US$200,2 miliar dan sektor swasta (termasuk BUMN) US$208,4 […]
Nasional & Dunia
JAKARTA- Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat US$408,5 miliar pada akhir triwulan III-2020 atau tumbuh 3,8 persen (yoy). Turun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,1 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran ULN swasta.
Jumlah tersebut dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) US$200,2 miliar dan sektor swasta (termasuk BUMN) US$208,4 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam info terbarunya di Jakarta, Senin, menjelaskan pada akhir triwulan III 2020 ULN pemerintah tercatat US$197,4 miliar atau tumbuh 1,6 persen (yoy), turun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,1 persen (yoy).
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Perlambatan pertumbuhan ini sejalan dengan penyesuaian portofolio di pasar SBN Indonesia oleh investor asing. Kondisi ini terjadi akibat masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Namun demikian perlambatan ULN tersebut tertahan oleh penerbitan Samurai Bond di pasar keuangan Jepang dan penarikan sebagian komitmen pinjaman dari lembaga multilateral pada triwulan III-2020 yang merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga portofolio pembiayaan untuk menangani pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Hati-Hati
Onny mengatakan ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,7 persen dari total ULN pemerintah), sektor konstruksi (16,6 persen), sektor jasa pendidikan (16,5 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,5 persen).
Sementara itu, katanya, pertumbuhan ULN swasta pada akhir triwulan III-2020 tercatat 6,0 persen (yoy) turun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,4 persen (yoy).
Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan ULN Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) serta berlanjutnya kontraksi ULN lembaga keuangan (LK).
Pada akhir triwulan III-2020, pertumbuhan ULN PBLK tercatat 8,1 persen (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,6 persen (yoy).
Sementara itu, ULN LK mencatat kontraksi yang berkurang menjadi 1,0% (yoy) dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat 1,8% (yoy).
Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,4 persen dari total ULN swasta. Utang itu bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA). Kemudian juga dari sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan.
Onny menegaskan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Rasio ULN Indonesia terhadap PDB pada akhir triwulan III 2020 sebesar 38,1%, sedikit meningkat dibandingkan rasio bulan sebelumnya sebesar 37,4%.
Adapun struktur ULN Indonesia yang tetap sehat tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,1% dari total ULN.