Ilustrasi rumah subsidi.
Properti

Perumnas Minta PMN Rp1 Triliun untuk Atasi Backlog?

  • PMN jumbo ini juga digunakan untuk penyelesaian persediaan yang dimiliki Perumnas, saat ini tercatat masih ada 30.000 unit rumah yang belum terjual

Properti

Debrinata Rizky

JAKARTA - Para Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari berbagai sektor mulai meminta Penyertaan Modal Negara atau PMN melalui usulan ke Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Tak terkecuali Perum Perumahan Nasional (Perumnas).

Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro meminta PMN sebesar Rp1 triliun untuk 2025 yang digunakan sebagai tambahan modal pembangunan pada lahan yang terdapat backlog perumahan. Menurutnya pemberian PMN tunai dengan klasifikasi penugasan.

"Secara eksternal, backlog masih tinggi 9,9 juta unit dengan pemenuhan tahun tahun maksimal 1 juta dan pertumbuhan 800 ribu keluarga baru per tahun," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI dikutip Selasa, 9 Juli 2024.

PMN jumbo ini juga digunakan untuk penyelesaian persediaan yang dimiliki Perumnas, saat ini tercatat masih ada 30.000 unit rumah yang belum terjual.

Budi juga mengatakan, penambahan PMN Rp1 triliun itu dapat meningkatkan ekuitas perusahaan pada perbaikan debt to equity ratio (DER) sebesar 1,7 kali pada 2025 hingga 1 kali pada 2029.

PMN juga akan digunakan untuk pembangunan perumahan yang terintegrasi dengan transportasi umum. Tak hanya itu, PMN juga digunakan untuk pengembangan ekosistem kawasan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan peningkatan daya jual Perumnas.

Dengan latar belakang backlog perumahan yang banyak maka, PMN sebesar Rp1 triliun tahun anggaran 2025 untuk menyediakan hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Dengan rincian membangun 3.180 unit rumah. Rinciannya, 580 unit rumah susun (high rise) dan 2.600 rumah tapak.

Target 2024

Secara menyeluruh, Perum Perumnas membidik pendapatan sebesar Rp2,5 triliun pada 2024. 

"Di tahun 2024, pendapatan yang kita semua harus capai adalah sebesar Rp 2,5 triliun. Di mana hal itu setara dengan sekitar 7.400 unit hunian yang tersebar di 22 proyek rumah tapak, 9 proyek highrise di seluruh Indonesia, serta dukungan dari anak perusahaan," kata Budi.

Bila melihat RPJMN perumahan di Indonesia, Budi menjelaskan bahwa porsi BUMN dalam menyediakan perumahan mencapai sekitar 700 ribu unit. Perumnas pun menurutnya memiliki misi yang sejalan pada program-program pemerintah, khususnya pada upaya menurunkan angka backlog perumahan di Indonesia. 

“Perumnas menjadi satu-satunya pengembang BUMN yang tidak hanya menyediakan perumahan bagi masyarakat Indonesia, tapi juga memiliki misi sosial untuk masyarakat dengan penyediaan rumah subsidi terjangkau minimal sebesar 20 persen pada setiap proyeknya," ujarnya.

Budi pun menegaskan bahwa terdapat empat parameter utama yang menjadi fokus Perumnas, di antaranya optimalisasi bisnis eksisting, menciptakan bisnis baru dengan membangun rangkaian teknologi manajemen dan organisasi yang terstruktur, serta transformasi yang didukung penuh oleh talenta yang tidak hanya resilient tetapi juga berkelanjutan.

“Seluruh hal yang kita targetkan tentu merupakan pekerjaan rumah kita semua di tahun ini, seluruh lini bisnis harus dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik di tahun 2024, termasuk induk usaha maupun anak usaha dan entitas, guna mencapai pertumbuhan kinerja Perumnas yang jauh lebih agresif ke depannya”, tutup Budi.

Kondisi Industri Properti saat Ini

Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto menyebut adanya perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar ikut berdampak terhadap industri properti. Hal ini menyasar pada kenaikan harga material impor yang juga akan membuat harga jual rumah menjadi lebih mahal.

Harga rumah kalangan atas diprediksi akan jauh lebih mahal lantaran lebih banyak menggunakan material dan furniture impor. Namun untuk rumah kelas menengah ke bawah kenaikan dinilai tidak cukup signifikan lantaran material yang digunakan masih dalam negeri.

“Kalau rumah menengah, di mana bahan bakunya masih di sini dan tidak ada komponen impor yang banyak di situ, tentu tidak berdampak,” kata Ferry dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.