<p>Produk Batu Bara milik PT Timah Tbk / Dok. PT Timah Tbk</p>
Industri

Perusahaan Batu Bara Milik Hary Tanoe, Bhakti Coal Resources Tunjuk 2 Kontraktor Baru

  • Perusahaan tambang batu bara milik Hary Tanoesoedibjo, PT Bhakti Coal Resources (BCR) yang kini dalam proses akuisisi oleh PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA), telah menunjuk dua kontraktor baru untuk menambang dan meningkatkan produksi batu bara pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik BCR.
Industri
Muhammad Farhan Syah

Muhammad Farhan Syah

Author

JAKARTA – Perusahaan tambang batu bara milik Hary Tanoesoedibjo, PT Bhakti Coal Resources (BCR) yang kini dalam proses akuisisi oleh PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA), telah menunjuk dua kontraktor baru untuk menambang dan meningkatkan produksi batu bara pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik BCR.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin, 13 Desember 2021, kedua kontraktor baru tersebut adalah PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dan PT MNC Infrastruktur Utama (MIU).

Sebelum DEWA dan MIU, sebanyak tiga kontraktor sudah dipekerjakan di bawah IUP milik BCR. Mereka adalah PT Bara Permata Mining, PT Cipta Bersama Sukses, dan PT Universal Support.

Bhakti Coal Resources adalah perusahaan induk dari sembilan perusahaan batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Dari sembilan IUP batu bara, dua di antaranya sudah dalam tahap produksi yaitu PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC). Sedangkan, dua IUP lainnya yakni PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) akan mulai memproduksi batu bara pada 2022. 

Penambahan dua kontraktor baru tersebut adalah untuk memenuhi target produksi PT Putra Muba Coal (PMC), PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), dan PT Arthaco Prima Energi (APE) dari 2,5 juta metrik ton pada 2021, menjadi 8 juta metrik ton pada 2022.

Adapun lima IUP lainnya yang dimiliki BCR yaitu PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO), diperkirakan mulai beroperasi dalam satu atau dua tahun mendatang. 

Total luas area pertambangan untuk sembilan IUP tersebut adalah 74.004 hektare (ha). Hingga akhir tahun 2021, pendapatan BCR diperkirakan mencapai US$74,8 juta dengan EBITDA US$33 juta.

Sebelumnya, pada awal bulan ini IATA telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dengan PT MNC Investama Tbk (BHIT) untuk mengakuisisi kepemilikan saham BCR sebesar 99,33%.

Disebutkan bahwa nilai transaksi tersebut senilai US$140 juta, atau lebih rendah 23% dari valuasi BSPC dan PMC yang mencapai US$181,9 juta.