Gautami Andani.jpg
Dunia

Perusahaannya Rugi Rp973 Triliun, Kekayaan Pribadi Crazy Rich Asia Menguap Rp419 Triliun

  • Pada akhir Januari 2023, kekayaan orang terkaya di Asia tersebut menguap US$28 miliar atau setara Rp419 triliun
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

NEW DELHI - Konglomerat India Gautami Adani tampaknya mengalami apes di awal tahun. Pada akhir Januari 2023, kekayaan orang terkaya di Asia tersebut menguap US$28 miliar atau setara Rp419 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS).

Kekayaan Adani merosot drastis setelah laporan dari perusahaan riset asal AS Hindenburg merilis laporan bahwa perusahaan milik Adani terlibat penipuan pajak serta terlilit utang yang banyak.

Atas rilisnya laporan tersebut, saham Adani terperosok sehingga mengalami kerugian hingga US$65 miliar atau setara Rp973 triliun sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Insider Selasa, 31 Januari 2023.

Kekayaan Adani sendiri sebagian besar bersumber dari saham perusahaan grup miliknya. Karenanya, semenjak terjadinya serangan dari short seller, kekayaan miliarder India itu juga mengalami pukulan besar. Pada Jumat, kekayaan Adani  anjlok US$20,8 miliar atau Rp311,6 triliun sebelum akhirnya berkurang lagi.

Meski demikian, Adani, yang kekayaannya mencapai sekitar US$92,7 miliar atau kisaran Rp1,3 kuadriliun  pada 30 Januari, masih menjadi orang Asia terkaya di dunia. Namun, peringkatnya di Indeks Miliarder Bloomberg telah turun ke posisi ketujuh atau berkurang 3 urutan dari posisi keempat awal pekan lalu. 

Sedangkan kekayaannya turun hampir US$28 miliar (Rp413 triliun) atau sekitar 23% sepanjang tahun ini.

Sebagai informasi, ini adalah pukulan terbesar yang pernah terjadi pada kekayaan miliarder India dan penurunan tertajam yang didorong oleh pasar bagi siapa pun di Asia.

Datang di Saat Tak Tepat

Sebagaimana diketahui, laporan Hindenburg juga datang pada saat yang tidak tepat bagi Adani Group.

Sebelumnya, Adani Grup dikabarkan akan yang menawarkan penjualan saham sekunder Adani Enterprises  yang merupaka  bisnis andalan kerajaan bisnis Adani. 

Atas serangan yang diberikan,  Grup Adani tidak menganggap enteng serangan itu.  Menanggapi laporan yang dirilis, Adani telah memberikan sanggahan keras terhadap tuduhan Hindenburg dan mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya sedang menjajaki tindakan hukum.

Pada hari Minggu, konglomerat itu juga mengeluarkan laporan setebal 413 halaman terhadap Hindenburg, dengan mengatakan bahwa laporannya "Tidak lain adalah kebohongan." 

"Ini bukan hanya serangan yang tidak beralasan terhadap perusahaan tertentu tetapi serangan yang diperhitungkan terhadap India, kemandirian, integritas dan kualitas institusi India, serta kisah pertumbuhan dan ambisi India," kata Grup Adani dalam laporannya hari Minggu.

Atas sanggahan Adani Grup, Hindenburg menanggapi di hari yang sama bahwa Grup Adani gagal menjawab sebagian besar pertanyaan yang diajukan. Hindenburg juga mengatakan bahwa perusahaan telah mencoba mengalihkan fokus dari isu-isu substantif dan malah memicu narasi nasionalis dan mencoba menyamakan kebangkitan Adani dengan kesuksesan India sendiri. 

"Supaya jelas, kami yakin India adalah negara demokrasi yang dinamis dan negara adidaya yang muncul dengan masa depan yang menggairahkan," kata Hindenburg dalam pernyataan tegasnya. 

"Kami juga percaya masa depan India sedang ditahan oleh Grup Adani, yang mengenakan bendera India sambil secara sistematis menjarah negara," tambahnya.

Lebih lanjut Hindenburg berkata bahwa penipuan tetaplah  penipuan. Bahkan ketika hal itu dilakukan oleh salah satu individu terkaya di dunia.