Dari ki-ka : Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Fadjar Harianto Widodo bersama Direktur SDM dan Penunjang Bisnis Beni Syarif Hidayat, Direktur Infrastruktur dan Teknologi Achmad Muchtasyar saat Press Conference usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) di Graha PGAS, Jakarta, Selasa 30 Mei 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

PGAS Targetkan Selisih Margin Gas di Tengah Peralihan LNG, Berapa Target Sahamnya?

  • PGAS menyatakan bahwa meskipun ada peralihan ke LNG, keberadaan infrastruktur gas yang memadai tetap menjadi kunci untuk memanfaatkan LNG secara efektif

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - RHB Sekuritas baru saja mengunjungi jaringan pipa transmisi gas milik emiten plat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang membentang dari Cirebon ke Semarang (CISEM-1). 

Kunjungan ini bertujuan untuk memantau perkembangan pipa yang berperan mengalirkan gas dari lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) ke kawasan industri Batang dan Kendal. Proyek pipa ini dipandang sebagai bagian penting dari strategi PGN dalam memperluas infrastruktur gas di kawasan tersebut.

Selain itu, RHB Sekuritas juga menyebutkan bahwa mereka telah melakukan pertemuan dengan manajemen utama PGN untuk membahas rencana penggantian pasokan gas dari pipa dengan LNG (gas alam cair), mengingat semakin menurunnya pasokan gas dari hulu.

Diskusi juga menyoroti tanggapan pelanggan terkait rencana tersebut, di mana sebagian besar pelanggan memahami kebutuhan akan peralihan ini, meskipun ada beberapa yang mencoba mencari alternatif dengan mengimpor LNG dari luar negeri secara langsung. 

“PGAS menyatakan bahwa meskipun ada peralihan ke LNG, keberadaan infrastruktur gas yang memadai tetap menjadi kunci untuk memanfaatkan LNG secara efektif,” jelasnya dalam risetnya dikutip pada Selasa, Oktober 2024. 

Perusahaan efek itu bilang bahwa pipa gas Cirebon-Semarang (CISEM-1) merupakan salah satu dari dua proyek pengembangan pipa gas PGN yang sedang berlangsung, bersama dengan pipa Dumai-Sei Mangke (Dusem). 

“CISEM-1 telah beroperasi sejak Agustus 2023 dan kini tengah mempersiapkan fase 2 yang akan memperpanjang pipa hingga ke pengguna gas di Jawa Barat. Fase ini dijadwalkan selesai pada awal 2026,” jelasnya. 

Mereka menambahkan bahwa pipa sepanjang 62 km tersebut memiliki kapasitas aliran gas sebesar 116 mmscfpd dan dioperasikan oleh Pertagas, mengalirkan gas dari Jambaran Tiung Biru ke fasilitas penerima di darat (ORF) di Tambak Rejo, Semarang. 

“Dari sana, gas dialirkan ke kawasan industri Kendal dan Batang. Per Agustus 2023, pipa CISEM-1 telah mengalirkan 0,73 mmscfpd gas ke Kendal dan 0,92 mmscfpd ke Batang dengan biaya transmisi yang ditetapkan sebesar US$ 0,31 per mmbtu,” jelas mereka. 

Selain itu, RHB Sekuritas juga berdiskusi dengan Direktur Utama PGAS, Arief Setiawan Handoko, serta Direktur Komersial, Ratih Esti Prihatini. Mereka membahas reaksi pelanggan PGAS terkait rencana penggantian pasokan gas melalui pipa dengan LNG.

“Dari hasil sosialisasi dan pertemuan dengan pelanggan, PGAS menyampaikan bahwa tanggapannya beragam, namun pelanggan umumnya menyadari bahwa langkah ini tidak bisa dihindari karena keterbatasan pasokan gas dari hulu,” katanya. 

Target Saham

Meski demikian, PGAS tetap yakin bahwa infrastruktur gas yang kuat, sangat penting untuk memastikan pemanfaatan LNG yang optimal. Meskipun beberapa industri mencoba mengimpor LNG dari luar negeri, PGAS menargetkan untuk mempertahankan selisih distribusi gas sebesar US$ 1,7-1,8 per mmbtu.

Menurut RHB, harga LNG yang diproyeksikan sebesar US$ 14 per mmbtu masih lebih rendah dibandingkan dengan harga diesel, sehingga menjadikan LNG sebagai alternatif yang lebih ekonomis. 

Sementara itu, pada semester I-2024, rata-rata harga gas PGAS tercatat sebesar US$ 7,78 per mmbtu, atau 77% lebih murah dibandingkan harga diesel kecepatan tinggi yang mencapai US$33,5 per mmbtu. Ini menunjukkan bahwa meskipun pasokan gas akan digantikan oleh LNG, pemanfaatan LNG tetap akan lebih hemat biaya dibandingkan bahan bakar lain seperti diesel. 

RHB juga menambahkan bahwa dengan PGAS mempertahankan selisih margin sebesar US$1,8 per mmbtu dan biaya LNG sebesar US$12 per mmbtu, harga jual gas untuk pengguna gas non-spesial dapat mencapai US$ 14 per mmbtu (ditambah biaya regasifikasi), yang masih 58% lebih rendah dibandingkan harga diesel kecepatan tinggi.

Dalam analisisnya, RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk saham ini dengan target harga Rp1.440 per saham. Target harga ini berada di bawah harga pasar saat ini yang bertengger di Rp1.540 per saham. Meski demikian, PGAS diharapkan mampu memberikan potensi yield dividen sebesar 8% pada tahun 2024.