<p>Kerja sama PGN dengan KIK / Dok. PGN</p>
Nasional

PGN Bangun Infrastruktur Gas di Kawasan Industri Kendal

  • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN mendukung penyediaan infrastruktur dan layanan distribusi gas bumi di Kawasan Industri Kendal (KIK) Jawa Tengah.

Nasional

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN mendukung penyediaan infrastruktur dan layanan distribusi gas bumi di Kawasan Industri Kendal (KIK) Jawa Tengah.

Hal ini merupakan upaya PGN sebagai subholding gas PT Pertamina (Persero) untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi melalui industri baru.

Direktur KIK Didik Purbadi mengatakan KIK merupakan kawasan industri baru yang paling siap di Indonesia dengan segala fasilitasnya.

“Namun saat ini, masih terkendala dengan kepastian ketersediaan gas bumi yang membuat investor masih menunda investasi ke dalam kawasan,” kata Didik, belum lama ini.

Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Redy Ferryanto menerangkan sejak 2016 pihaknya telah melakukan pengkajian terhadap KIK, terutama mengenai permintaan gas.

Perkembangan terbaru, diketahui bahwa permintaan gas di wilayah tersebut cukup besar. Sehingga, PGN terus berkoordinasi secara intensif dengan KIK mengenai total permintaan gas yang potensial.

“KIK akan mengirimkan surat resmi kepada PGN mengenai total demand secara lengkap,” kata Redy.

PGN akan berupaya melayani niaga gas bumi melalui infrastruktur jaringan distribusi pipa PGN di wilayah Sales and Operation Region III (SOR III) yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Sedangkan, untuk niaga gas bumi selain pipa (CNG dan LNG) akan dikelola oleh anak usaha PGN yaitu PT Pertamina Gas Niaga (Pertagas Niaga) dan PT Gagas Energi Indonesia (Gagas).

Usai rampungnya pembangunan pipa gas transmisi Gresik-Semarang oleh PT Pertamina Gas (Pertagas), infrastruktur pipa gas tersebut ditargetkan bisa merealisasikan kepastian penyaluran pasokan gas bumi di Jawa Tengah.

Jaringan pipa transmisi sepanjang 267 km ini memiliki kapasitas pengaliran gas maksimal sekitar 400 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Potensi sumber pasokan yang nantinya dialirkan oleh Pipa Gresik – Semarang berasal dari Jambaran – Tiung Biru (JTB) milik PT Pertamina EP Cepu.

Optimalisasi infastruktur distribusi gas bumi untuk memenuhi kebutuhan energi untuk industri, diharapkan bisa berdampak positif bagi pertumbuhan KIK maupun masyarakat sekitar untuk kemajuan perekonomian Jawa Tengah.

Potensi KIK

Sebagaimana diketahui, KIK telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) hasil kolaborasi skema patungan alias join venture antara PT Jababeka Tbk dan Sembawang Corporation. KIK diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Redy menuturkan KIK yang dibangun pemerintah adalah salah satu wilayah potensial yang dapat bertumbuh lebih cepat dengan tersedianya energi gas bumi. Sehingga, nantinya akan mempercepat pembangunan ekonomi daerah.

“Keberhasilan kawasan ini nantinya juga dapat menjadi kerja sama yang saling menguntungkan antara pemerintah dengan badan usaha,” tutur Redy.

Hingga saat ini, sudah ada 64 perusahaaan dari 8 negara telah bergabung di KIK, yakni Taiwan, China, Korea Selatan, Hongkong, Singapura, Jepang, Malaysia, dan tentunya Indonesia pada produk ABTB ini.

Hidupnya pusat industri di KIK, diharapkan dapat membangkitkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.

Menurut Redy, PGN berupaya untuk menguatkan konektivitas gas bumi guna memberi nilai tambah di pusat-pusat pertumbuhan industri baru di Jawa Tengah.

“Jika perkembangan industri semakin menggeliat, maka dapat memperkuat investasi. Dengan begitu, tujuan dari dibangunnya KIK dapat berjalan efektif dan berdampak positif pada stabilitas perekonomian daerah,” imbuhnya.

Bagi PGN, pembangunan infrastruktur distribusi gas bumi di Jawa Tengah cukup menantang. Maka dari itu, kerja sama dan dukungan dari Pemda, DPRD Jawa Tengah, dan berbagai stakeholder juga sangat penting bagi PGN untuk pembangunan infrastruktur gas bumi yang lebih masif di Jawa Tengah.