Pil COVID-19 Pfizer Diklaim Efektif Tekan Kematian Hingga Hampir 90 Persen
Gaya Hidup

Pil COVID-19 Pfizer Diklaim Efektif Tekan Kematian Hingga Hampir 90 Persen

  • Baru-baru ini Pfizer mengklaim bahwa pil COVID-19 Pfizer dapat menekan risiko rawat inap dan kematian hingga 89 persen bagi orang dewasa yang berisiko terkena penyakit parah.

Gaya Hidup

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Baru-baru ini Pfizer mengklaim bahwa pil COVID-19 Paxlovid miliknya dapat menekan risiko rawat inap dan kematian hingga 89 persen bagi orang dewasa yang berisiko terkena penyakit parah.

Seperti yang dilansir dari laman Sky News, hasil tersebut tampaknya melampaui hasil yang terlihat dari pil Molnupiravir dari Merck & Co Inc, yang ditunjukkan bulan lalu untuk mengurangi separuh kemungkinan kematian atau kasus COVID-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Seperti yang dilansir dari The Independent, obat tersebut jika dikonsumsi cukup awal, dapat mencegah eskalasi penyakit sehingga dapat mencegah orang yang baru terinfeksi dari rumah sakit. Tidak hanya itu, pil tersebut ditargetkan untuk orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan mendasar yang membuat mereka lebih rentan terhadap COVID-19.

Pfizer juga mengatakan data awal dari uji cobanya menunjukkan bahwa kandidat dari antivirus oralnya jika disetujui oleh pihak berwenang dapat berpotensi menyelamatkan nyawa pasien, mengurangi keparahan infeksi COVID-19, dan menghilangkan kemungkinan hingga sembilan dari 10 rawat inap.

Jika hasilnya sesuai dengan pengawasan, pengobatan yang terdiri dari tiga pil yang diberikan dua kali sehari, dapat membantu mengurangi tekanan pada pelayanan kesehatan di negara dan masyarakat dengan tingkat vaksinasi yang rendah.

Studi Pfizer ini dilakukan dengan mengamati rawat inap atau kematian di antara 775 orang yang tidak divaksinasi yang didiagnosis dengan COVID-19 ringan hingga sedang. 

Pasien memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk mengembangkan penyakit parah, seperti obesitas atau usia yang lebih tua. Pengobatan dimulai dalam waktu tiga sampai lima hari dari perkembangan gejala, dan berlangsung selama lima hari.

Pasien yang memakai obat tersebut bersama dengan antivirus lain mengalami penurunan sebanyak 89% dalam tingkat gabungan risiko masuk rumah sakit atau mengalami kematian setelah sebulan, dibandingkan dengan pasien yang diberi plasebo. Bahkan, kurang dari 1% pasien yang memakai obat harus dirawat di rumah sakit dan tidak ada yang meninggal.

Obat dari Pfizer ini dikenal sebagai protease inhibitor yang dapat memblokir enzim kunci yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak di dalam tubuh manusia.