<p>Bos mobil listrik Tesla, Elon Musk / Reuters</p>
Industri

Pilih India, Rencana Investasi Tesla di Indonesia Batal?

  • JAKARTA – Rencana investasi Elon Musk melalui perusahaannya, Tesla Inc di Indonesia dikabarkan batal. Pasalnya, hingga sekarang kerja sama tersebut tidak kunjung terealisasi. Perusahaan otomotif ini bahkan dikabarkan bakal membangun pabrik mobil listrik di India. Terkait hal ini, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Septian Hario Seto mengungkapkan komunikasi […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Rencana investasi Elon Musk melalui perusahaannya, Tesla Inc di Indonesia dikabarkan batal. Pasalnya, hingga sekarang kerja sama tersebut tidak kunjung terealisasi. Perusahaan otomotif ini bahkan dikabarkan bakal membangun pabrik mobil listrik di India.

Terkait hal ini, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Septian Hario Seto mengungkapkan komunikasi pemerintah dengan Tesla masih berlangsung.

“Perlu saya klarifikasi untuk Tesla, kami masih berlangsung pembicaraannya. Saya tidak bisa berbicara detail. Tetapi dalam hal ini, kami nggak pernah bicara sama mereka terkait mobil listrik,” ungkapnya dalam webminar daring, Senin, 8 Maret 2021.

Ia menjelaskan, pihak Tesla dalam proses diskusi lebih menginginkan potensi energy storage system (ESS) sebagai sebuah solusi. ESS sendiri merupakan salah satu proyek rantai pasok ekosistem industri baterai di Indonesia. Aarahnya lebih kepada pengganti pembangkit listrik.

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga memastikan negosiasi Indonesia dengan produsen mobil listrik asal Amerika Serikat ini terus berjalan.

“Saya sampaikan ini kan masih negosiasi. Tidak ada yang hengkang. Kalau hengkang itu kan sudah tiba, baru pergi. Ini (negosiasi) masih berproses. Jadi kalau orang dalam negosiasi bisnis, masih deal-deal-an itu biasalah pasang surut,” katanya.

Di sisi lain, Indonesia dikatakan memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan baterai mobil listrik. Septian bilang, data tahun lalu menunjukkan kebutuhan nikel di Tanah Air untuk baterai masih sebesar 8%. Sementara itu, 78% sisanya untuk stainless steel. Adapun total market mencapai 2,4 metrik ton (MT).

Nah, pada 2030, kebutuhannya diperkirakan meningkat menjadi 30% dan stainless steel menjadi 57% dengan total market 4,3 MT. Di samping itu, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan jumlah yang dimiliki mencapai 21 milion ton.

“Dari 2,4 MT ke 4,3 MT, sebagian besar akan diserap untuk kebutuhan baterai,” katanya.

Sumbernya pun berasal dari sejumlah proyek yang tengah dibangun, meliputi greenfield high pressure acid loach project (HPAL), LME and nonLME stock, recycled batterai dan nickel straps, dan lainnya.