Ilustrasi hubungan Amerika Serikat dan China.
Dunia

Pilpres AS; Kamala Harris dan Trump Punya Pendekatan Berbeda Hadapi China

  • Di bawah kepemimpinan Trump, pendekatan ekonomi AS terhadap China dinilai akan lebih agresif, menargetkan berbagai sektor industri dan kerja sama.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA-  Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) akan sangat berpengaruh terhadap arah hubungan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yakni AS dan China. 

Para pengamat hubungan internasional memprediksi, sikap AS terhadap China akan semakin tegas dan konfrontatif jika mantan presiden Donald Trump terpilih kembali. Trumph diperkirakan akan melakukan pemisahan ekonomi (decoupling) yang lebih intens dan cakupan industri yang lebih luas. 

Sementara itu, jika Kamala Harris memenangkan kursi kepresidenan, meskipun tetap akan bersikap tegas, kebijakan perang ekonomi diyakini akan lebih selektif, Harris juga diperkirakan akan berpeluang meningkatkan kerja sama di beberapa bidang strategis dengan China.

"Kita akan mempertahankan jalur komunikasi terbuka untuk secara bertanggung jawab mengelola persaingan antara negara kita." terang Kamala Harris selama sesi debat calon Presiden, dilansir cbsnews, Senin, 4 November 2024.

Perang Tarif Bea Masuk yang Lebih Agresif

Di bawah kepemimpinan Trump, pendekatan ekonomi AS terhadap China dinilai akan lebih agresif, menargetkan berbagai sektor industri dan kerja sama. Kebijakan decoupling yang telah dimulai selama masa jabatan pertama Trump diprediksi akan diperluas untuk mencakup sektor teknologi tinggi, manufaktur, hingga sektor keuangan.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Trump yang menekankan pentingnya “First America” serta upaya untuk mengurangi ketergantungan ekonomi AS pada China.

Langkah-langkah pembatasan ekspor teknologi canggih ke China, pembatasan terhadap perusahaan teknologi China yang beroperasi di AS, dan penguatan investasi dalam industri manufaktur AS kemungkinan akan kembali digencarkan. 

Kebijakan ini berpotensi memperlebar jurang pemisahan antara AS dan China dalam hal teknologi dan infrastruktur kritis, termasuk semikonduktor, telekomunikasi, serta kecerdasan buatan.

Pendekatan ini akan berdampak pada iklim ekonomi global. Banyak perusahaan global yang terpaksa memilih salag satu pihak untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya di AS atau China, kondisi ini dapat mengarah pada pembentukan “blok ekonomi” yang terpisah.

Sikap Lebih Moderat di Bawah Kamala Harris

Di sisi lain, apabila Kamala Harris terpilih sebagai presiden, pendekatannya terhadap China mungkin lebih moderat. Walaupun Harris tetap akan bersikap tegas terhadap China, beberapa analis menilai bahwa pendekatan Harris bisa saja memberikan ruang bagi negosiasi di beberapa sektor, seperti perubahan iklim, kesehatan global, dan keamanan regional.

Pemerintahan Harris diprediksi akan terus berupaya mempertahankan dominasi AS di sektor teknologi, tetapi tidak akan secara menyeluruh memisahkan ekonomi AS dari China. 

Pendekatan Harris juga berpotensi memperkuat aliansi dengan negara-negara sekutu AS di Eropa dan Asia Pasifik, membangun blok ekonomi bersama yang lebih besar, serta meningkatkan tekanan terhadap China lewat sanksi-sanksi ekonomi.

Beberapa analis menyatakan, pemerintahan Harris kemungkinan akan mengejar jalur diplomasi yang lebih aktif dengan China, di mana kedua negara dapat berkolaborasi di bidang yang memiliki kepentingan bersama, tanpa mengorbankan keamanan nasional AS.

"Tetapi itu tidak berarti bahwa kami mencari konflik, hubungan ekonomi AS-China bukan tentang pemisahan (ekonomi) tapi tentang mengurangi risiko." tambah Harris.

China Tingkatkan Hubungan dengan Negara Non-Barat

Mengantisipasi konfrontasi yang mungkin terjadi dengan AS, China tengah berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara non-Barat serta memperdalam kerja sama di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. 

Pengembangan jalur ekonomi Belt and Road Initiative (BRI) dan mengoptimalkan peran lewat organisasi BRICS menjadi jembatan bagi China untuk memperkuat pengaruhnya di luar negeri.

Di Asia, China juga memperkuat hubungannya dengan sekutu AS, seperti Jepang dan Korea Selatan, meskipun hubungan ini tetap berpotensi terpengaruh oleh ketegangan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik.

Terlepas dari siapa yang menang dalam pemilu AS, perang ekonomi dan persaingan antara AS dan China tampaknya akan terus berlangsung. Bagi kedua negara, kondisi ini adalah tantangan untuk membangun jalur diplomasi yang seimbang antara kepentingan ekonomi dan keamanan nasional.