Debat capres Iran putaran 2
Dunia

Pilpres Iran Masuk Putaran Dua, Begini Kebijakan Luar Negeri Capres

  • Capres Jalili mengungkapkan kekecewaan terhadap kesepakatan JCPOA yang diingkari oleh Amerika Serikat.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan Pezeshkian dan mantan Kepala Negosiator Nuklir Iran Jalili berhadapan dalam debat yang disiarkan di televisi Iran pada Senin malam.

Kedua kandidat calon presiden itu masuk kedalam putaran kedua pemilihan presiden ke-14 Iran yang akan diadakan pada 5 Juli mendatang. 

Keduanya membahas berbagai isu politik dan budaya yang menjadi perhatian publik. Setelah memenangkan suara terbanyak di putaran pertama namun gagal mencapai.

Sebelumnya  Pezeshkian dan Jalili berhasil melewati kontestasi pilpres di putaran pertama, namun keduanya hanya mampu memperoleh mencapai 40% suara.

Padahal undang-undang Iran menyatakan capres terpilih wajib memenuhi ambang batas 50% suara. 

Partisipasi Pemilih Minim

Capres Jalili menyatakan rencananya untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam pembuatan kebijakan. 

"Jika Iran memiliki kekuatan, kemajuan, dan keberhasilan, itu merupakan hasil dari partisipasi rakyat," kata Jaili dilansir IRNA.

Di sisi lain Pezeshkian mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya partisipasi pemilih di putaran pertama. 

"Jumlah pemilih rendah dan mengkhawatirkan," ujarnya. 

Pezeshkian menekankan pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap pejabat pemerintah untuk meningkatkan partisipasi.

Hak Minoritas

Dalam isu minoritas etnis dan agama, kedua kandidat sepakat tentang perlunya menjaga hak-hak minoritas, serta perlindungan hak-hak perempuan dan pekerja. 

Jalili menggarisbawahi kondisi perempuan yang menjadi kepala keluarga dan terjerat kemiskinan, sementara Pezeshkian mengkritik para pembuat kebijakan yang gagal memenuhi kebutuhan dasar rakyat. 

“Saat ini, ada jutaan perempuan yang menjadi kepala keluarga atau memiliki wali yang miskin,” terang Jalili

Kebijakan Luar Negeri

Berkaitan dengan kebijakan luar negeri, Pezeshkian membela kebijakan mantan Presiden Hassan Rouhani dalam menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA dan menyerukan upaya untuk menyetujui RUU terkait FATF guna memperluas hubungan perdagangan dengan dunia. 

Ia menekankan pentingnya menjalin hubungan dengan semua negara tanpa bergantung pada satu pihak. 

"Jika kita ingin tumbuh di dunia, semakin banyak koneksi yang kita buat, semakin baik kita bisa hidup," ungkap Pezeshkian.

Jalili sepakat dengan perlunya kebijakan luar negeri yang dinamis, namun mengungkapkan kekecewaan terhadap kesepakatan JCPOA yang di ingkari oleh Amerika Serikat.

"International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan Iran telah memenuhi komitmennya, dan saya katakan kita bahkan melampaui komitmen kita. Tetapi apa hasilnya? Mereka menarik diri dan sanksi meningkat dari 800 menjadi 1500," tambah Jailili

Keduanya juga membahas pentingnya meningkatkan hubungan internasional dan memanfaatkan perselisihan antarnegara untuk keuntungan Iran.