Pimpin Holding BUMN Ultra Mikro, BRI Yakin Kinerja Tahun Depan Lebih Moncer
- JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menatap tahun depan dengan optimistis. Emiten bersandi BBRI ini optimistis terkonsolidasi nya PT Pegadaia
Industri
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menatap tahun depan dengan optimistis. Emiten bersandi BBRI ini optimistis terkonsolidasi nya PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM berimplikasi positif terhadap kinerja keuangan perseroan.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza menyebut perseroan secara konsolidasi pada tahun depan bakal memasang target pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan 2021. Adapun target pertumbuhan kredit BRI secara konsolidasi pada 2021 berada di kisaran 6%-7% year on year (yoy).
“Katalisnya yakni pada semester II- 2021 ini BRI telah merampungkan proses holding ultra mikro yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BRI di masa depan,” ucap Aestika kepada TrenAsia.com, Jumat, 15 Oktober 2021.
- 68 Juta Orang Pakai Pinjol, Penyaluran Pinjaman Fintech Lending Tembus Rp249 Triliun
- Bantah Dual Listing di AS, Bos Bukalapak Ungkap Alasannya
- Anak Usaha Jasa Marga Tarik Kredit Jumbo Rp3,8 Triliun dari BCA, Untuk Apa?
Kendati demikian, Aestika tidak memberikan angka pasti target pertumbuhan kredit BRI pada 2022. Peningkatan BRI sebenarnya sudah tampak sejak semester II-2021.
Hal ini tercermin dari laba bersih BRI secara bank only yang menembus Rp17,85 triliun per Agustus 2021. Capaian laba ini tumbuh signifikan 33,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang melejit 32,3% yoy menjadi Rp61,28 triliun. Adapun sumbangan pendapatan operasional pada Agustus 2021 ini mencapai Rp21,18 triliun.
Dari segi intermediasi, pertumbuhan kredit BRI mencapai 6,2% yoy pada Agustus 2021 menjadi Rp922,88 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 7,1% menjadi Rp 1,120,6 triliun.
Rasio dana murah (CASA) BRI naik dari tipis dari 58% pada Agustus 2020 menjadi 60% pada Agustus 2021. Dengan membengkaknya dana murah, Aestika bilang hal ini bisa berimplikasi terhadap penurunan biaya dana (cost of fund/CoF).
Meningkatnya dana murah ini dapat menjadi katalis BRI untuk mengencangkan sabuk. Pasalnya, Aestika bilang adanya holding BUMN Ultra Mikro bisa membuat lonjakan biaya dana.
Biaya dana BRI per semester I-2021 ini berada di level 2,2% atau turun dibandingkan semester I-2021 yang menembus 3,2%.
“Menggarap segmen ultra mikro merupakan sebuah tantangan bagi BRI, Pegadaian dan PNM. Hal tersebut dikarenakan adanya operational risk dan operational cost yang tinggi,” ucap Aestika.
Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 pada 2022 masih menjadi penentu kinerja keuangan BRI Group. Dengan asumsi herd immunity tercipta pada kuartal II-2021, Aestika menyebut besar kemungkinan kinerja BRI melebihi capain pada tahun ini.’
“BRI melihat bahwa pemulihan perekonomian nasional sangat bergantung pada kondisi pandemi yang terjadi. Apabila di tahun depan kondisi pandemi terus melandai dan bisa ditekan, maka kami optimistis dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tahun ini,” jelas Aestika.