<p>Kantor Pusat PT Bukit Asam Tbk, / Dok. PTBA</p>
Industri

Pimpin Nilai Transaksi, Saham PTBA Malah Anjlok 6,94 Persen

  • JAKARTA – Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) jadi salah satu saham yang anjlok hingga batas bawah penurunan (auto rejection) pada perdagangan hari ini (Jumat, 19 Juni 2020). Harganya menjadi Rp2.280 atau turun 6,94% dari hari sebelumnya Rp2.450. Penurunan harga saham PTBA diwarnai dengan besarnya frekuensi dan nilai transaksi. Hingga pukul 11:06 WIB, […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) jadi salah satu saham yang anjlok hingga batas bawah penurunan (auto rejection) pada perdagangan hari ini (Jumat, 19 Juni 2020). Harganya menjadi Rp2.280 atau turun 6,94% dari hari sebelumnya Rp2.450.

Penurunan harga saham PTBA diwarnai dengan besarnya frekuensi dan nilai transaksi. Hingga pukul 11:06 WIB, frekuensi saham PTBA mencapai 4.829 kali dengan nilai Rp234,9 miliar.

Catatan nilai transaksi itu membuat saham PTBA menduduki posisi teratas saham dengan nilai transaksi terbesar jelang penutupan sesi I perdagangan.

Dengan penurunan harga hari ini, saham PTBA sudah anjlok 7,71% dalam dua hari perdagangan dari level Rp2.470 per 17 Juni 2020. Sementara secara year to date, saham PTBA sudah turun 14,28% dari posisi akhir 2019 Rp2.660.

Sebagai tambahan informasi, sepanjang tahun ini saham dengan kapitalisasi pasar Rp26 ,27 triliun ini menyentuh level tertinggi Rp2.830 pada 13 Januari 2020 dengan level terendah Rp1.485 pada 19 Maret 2020.

Adapun sebelum penurunan dalam hari ini, manajemen Bukit Asam mengumumkan bahwa kinerja kuartal II-2020 dalam status ditelaah secara terbatas (limited review). Artinya, perseroan baru akan mengumumkan kinerja keuangan selambat-lambatnya pada 31 Agustus 2020.

Selain itu, pada 10 Juni 2020, emiten anggota holding pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berencana membagikan dividen sebesar Rp3,65 triliun. Jumlah dividen tunai yang dibagikan ini merupakan 90% dari total laba bersih perusahaan tahun 2019 sebesar Rp4,1 triliun.

Adapun per kuartal I-2020, perseroan mencatat penurunan pendapatan senilai Rp5,12 triliun atau turun 4,01% dari sebelumnya Rp5,33 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Merujuk publikasi di laman keterbukaan informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) turunnya pendapatan perseroan disebabkan oleh naiknya beban pokok pendapatan sebesar 1,04% atau senilai Rp3,59 triliun.

Selain itu, beban umum dan administrasi juga naik menjadi 22% atau setara dengan Rp418,6 miliar, dengan beban penjualan dan pemasaran turun menjadi Rp164,32 miliar.

Hal itulah yang mendorong tergerusnya laba bersih tahun berjalan perusahaan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 20,5%. Periode ini, perusahaan hanya mampu mengantongi sebesar Rp903,24 miliar, padahal periode tahun lalu dapat meraup Rp1,13 triliun.