
Pinjaman Fintech Bisa Meroket 300% Saat Lebaran, tapi Tidak Terjadi karena Ini
- Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, memperkirakan bahwa penyaluran pembiayaan Pindar pada Ramadan dan Idulfitri tahun ini akan mencatat pertumbuhan dua digit. Ia menyatakan bahwa permintaan pembiayaan konsumtif atau sektor multiguna menjadi pendorong utama tren kenaikan ini.
Fintech
JAKARTA – Industri pendanaan daring atau fintech lending mencatat lonjakan permintaan yang signifikan selama periode Ramadan dan menjelang Idulfitri. Peningkatan ini didorong oleh tingginya kebutuhan konsumsi dan produktif masyarakat, termasuk kebutuhan modal bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Ketua Bidang Humas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Kuseryansyah, mengungkapkan bahwa lonjakan permintaan pembiayaan di sektor fintech lending menjadi fenomena tahunan yang berulang. Ia menyebutkan bahwa kebutuhan dana meningkat drastis selama Ramadan, terutama untuk membiayai konsumsi rumah tangga dan kebutuhan bisnis.
"Permintaan ini bukan hanya terkait dengan kebutuhan konsumsi, tetapi juga kebutuhan produktif. Misalnya, pengusaha parcel yang membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi lonjakan permintaan selama Ramadan dan Idulfitri," ujar Kuseryansyah dalam acara Buka Puasa Bersama Media di Jakarta, Selasa, 25 Maret 2025.
Lonjakan Penyaluran Pinjaman hingga 300%
Kuseryansyah, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama platform fintech lending 360Kredi, mengungkapkan bahwa di platform yang ia pimpin, penyaluran pembiayaan selama Ramadan dan Idulfitri bisa meningkat hingga 300%. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga tingkat kredit macet dengan menerapkan proses seleksi ketat dalam persetujuan pinjaman.
"Kami melakukan cherry picking, memilih peminjam yang benar-benar memenuhi syarat agar tidak menimbulkan risiko bagi industri maupun peminjam itu sendiri," jelasnya.
Meski terdapat peningkatan pencairan pinjaman, tingkat penolakan juga lebih tinggi dibandingkan hari biasa. Langkah ini diambil untuk mencegah masyarakat terjerat utang yang tidak terkendali akibat pola konsumsi yang berlebihan selama momen Lebaran.
"Kami tidak ingin hanya karena momen Lebaran, masyarakat menjadi konsumtif tanpa perencanaan yang baik," tegas Kuseryansyah.
Data OJK: Penyaluran Pinjaman Terus Meningkat
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tren peningkatan penyaluran pinjaman di sektor peer-to-peer lending (Pindar) dari tahun ke tahun selama periode Ramadan dan Idulfitri. Pada Maret 2023, penyaluran pembiayaan fintech lending mencapai Rp19,73 triliun atau meningkat 8,4% dari bulan sebelumnya. Sementara itu, pada Maret 2024, angka tersebut naik menjadi Rp22,76 triliun atau bertumbuh 8,9% dari Februari 2024.
Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, memperkirakan bahwa penyaluran pembiayaan fintech lending pada Ramadan dan Idulfitri tahun ini akan mencatat pertumbuhan dua digit. Ia menyatakan bahwa permintaan pembiayaan konsumtif atau sektor multiguna menjadi pendorong utama tren kenaikan ini.
"Di tengah tantangan ekonomi masyarakat, fintech lending bisa menjadi solusi keuangan jika digunakan secara bertanggung jawab," kata Entjik di acara yang sama.
Menurutnya, fintech lending menawarkan berbagai kemudahan dalam proses pembiayaan, yang menjadi faktor utama tingginya minat masyarakat, terutama saat Ramadan dan Lebaran. Kebutuhan seperti membagi Tunjangan Hari Raya (THR) untuk keluarga dan pekerja, perjalanan mudik, hingga belanja kebutuhan Lebaran menjadi alasan utama peningkatan permintaan pinjaman.
THR dan BHR sebagai Sumber Pendanaan Alternatif
Dalam kesempatan tersebut, Kuseryansyah juga menjelaskan perbedaan antara Tunjangan Hari Raya (THR) dan Bonus Hari Raya (BHR). Menurutnya, THR memiliki regulasi yang jelas, yaitu sebesar satu kali gaji, sedangkan BHR lebih fleksibel dan bergantung pada kebijakan perusahaan.
"Banyak pekerja mengandalkan THR atau BHR untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, termasuk belanja konsumtif maupun perjalanan mudik," ujarnya.
Namun, bagi mereka yang membutuhkan dana sebelum menerima THR atau BHR, akses pendanaan alternatif seperti bank, perusahaan multifinance, atau pinjaman daring menjadi solusi yang banyak digunakan.
Baca Juga: Update Terbaru Fintech Lending Bermasalah: Crowde, Investree, iGrow, dan KoinP2P
Pentingnya Edukasi dan Literasi Keuangan
Kuseryansyah dan Entjik sepakat bahwa di tengah meningkatnya permintaan pinjaman, literasi keuangan menjadi aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Mereka mengimbau masyarakat agar memahami berbagai opsi pendanaan yang legal dan bertanggung jawab.
"Masyarakat harus tahu bahwa sumber penghasilan utama adalah bekerja dan berusaha, bukan sekadar meminjam. Jika memang harus meminjam, pastikan melalui lembaga yang legal dan sesuai dengan regulasi," tegas Kuseryansyah.
Sementara itu, Entjik menambahkan bahwa perencanaan keuangan yang bijak sangat penting untuk mencegah beban utang berlebih setelah Lebaran. Ia mengingatkan bahwa meskipun Pindar menawarkan kemudahan akses pendanaan, masyarakat tetap harus memahami risiko dan tanggung jawab dalam menggunakan layanan tersebut.
"Kesadaran finansial yang baik dan pemahaman akan risiko pinjaman sangat penting agar masyarakat tidak terjerat utang berlebihan," pungkas Entjik.
- ACES hingga BBRI Paling Gagah di LQ45 Pagi Ini
- IHSG Hari Ini Turun 43,91 Poin ke 6.179,48
- Link Live Streaming Australia Vs Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kolaborasi untuk Menjaga Stabilitas Industri
Sebagai langkah menjaga keberlanjutan industri, AFPI bekerja sama dengan OJK dan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan praktik pinjaman yang bertanggung jawab. Kolaborasi ini mencakup edukasi keuangan kepada masyarakat dan pengawasan ketat terhadap penyelenggara fintech lending agar mematuhi regulasi yang berlaku.
"Kami terus mendorong kolaborasi dengan regulator dan pelaku industri agar fintech lending bisa menjadi solusi keuangan yang aman dan berkelanjutan," tutup Kuseryansyah.