Founder Atma Tim Young, Susan Suhargo, Edy Tan, Chris Gunawan. /dok. Atma.
Industri

Platform Pencari Kerja Atma Besutan Alumni Gojek Raih Pendanaan Awal Rp72,6 Miliar

  • Platform pencari kerja Atma yang didirikan oleh beberapa mantan petinggi PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) meraih pendanaan awal (pre-seed funding) sebesar US$5 juta atau setara dengan Rp72,6 miliar dalam asumsi kurs Rp14.534 perdolar Amerika Serikat (AS).
Industri
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Platform pencari kerja Atma yang didirikan oleh beberapa mantan petinggi PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) meraih pendanaan awal (pre-seed funding) sebesar US$5 juta atau setara dengan Rp72,6 miliar dalam asumsi kurs Rp14.534 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pendanaan itu dipimpin oleh AC Ventures dengan partisipasi Global Founders Capital. Selain itu, sejumlah angel investor dari Goto Group, Ula, Lummo, Kopi Kenangan, Xiaomi, Advance Intelligence Group, Sampoerna Strategic, dan MMS Group pun ikut terlibat dalam pendanaan tersebut.

Pendanaan yang diperoleh oleh Atma rencananya akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan, menjalankan strategi go-to-market, serta menambah tenaga kerja yang diharapkan akan mencapai 100 orang pada akhir 2022.

Sebagai informasi, Atma didirikan oleh mantan Chief of Driver Gojek Edy Tan, mantan Co-founder RestoDepot, mantan Strategic Initiatives Tencent dan Regional Marketing Gojek Susan Suhargo, mantan investor Atlas Asset Management dan Fixed Income Trader HSBC Tim Young, serta Ketua YABB GoTo Foundation, dan mantan CHRO Gojek Monica Oudang.

Edy Tan mengungkapkan, ia beserta para founder lainnya terinspirasi untuk mendirikan Atma setelah mereka melihat bagaimana Gojek mampu memberikan dampak sosial yang positif kepada 2,5 juta driver di sektor informal.

Edy pun tercetus untuk membawa misi serupa dengan berupaya menjangkau populasi yang lebih luas mencakup sektor formal.

Edy mengatakan, kondisi pasar pencarian kerja saat ini efisiensinya belum cukup merata meskipun proses digitalisasi telah tumbuh dan berkembang secara masif.

Proses rekrutmen seringkali memakan waktu yang cukup banyak sehingga pencari kerja kerap merasa diabaikan untuk waktu yang lama.

"Para pencari kerja di segmen berpenghasilan menengah ke bawah menggambarkan pengalaman mencari kerja sebagai sesuatu yang membawa trauma emosional. Sementara perusahaan mendeskripsikan pengalaman mencari kandidat sebagai sesuatu proses yang random (random walk)," ujar Edy dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 10 Mei 2022.

Menurut Edy, Atma didirikan sebagai solusi dalam skala besar untuk mendefinisikan kembali proses pencarian kerja dan pengalaman pencarian kandidat yang ada. Atma pun diharapkan oleh para founder-nya untuk bisa memberikan kemudahan bagi para pencari kerja untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Founder dan Managing Partner AC Ventures Michael Soerijadji mengatakan, saat ini ada lebih dari 100 juta pekerja aktif di kelompok berpenghasilan menengah ke bawah yang menghadapi inefisiensi dalam mencari pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan keahlian serta preferensi.

Menurut Michael, platform Atma dapat membantu para pencari kerja dalam menemukan bidang yang tepat dengan lebih mudah serta peluang pengembangan karir lewat sertifikasi atau pelatihan tambahan.

"Atma juga membantu pemberi kerja melakukan seleksi pelamar dengan kualifikasi yang lebih relevan. Atma akan mendefinisikan kembali pengalaman mencari kerja dan membantu kandidat meningkatkan potensi mereka,” tegas Michael.

Sementara itu, Edy menyampaikan pula bahwa Atma menargetkan segmen pekerja berpenghasilan menengah ke bawah dari populasi usia produktif di Indonesia yang penghasilannya kurang dari Rp10 juta perbulan.

"Atma hadir dengan membawa misi untuk membantu lebih dari 100 juta orang di segmen ini agar mendapatkan peluang pendapatan yang lebih baik," kata Edy.