<p>Ilustrasi petani Indonesia. Sumber: jurnas.com</p>
Industri

Please, Pemerintah Harus Lebih Perhatikan Ketahanan Pangan Masyarakat

  • JAKARTA – Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia masih kurang mengantisipasi kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh kenaikan sejumlah harga bahan pokok, terutama di tengah pandemi COVID-19. Peneliti CIPS Felippa Ann Amanta mengatakan, keterlambatan pengurusan rekomendasi impor menjadi salah satu faktor yang menyebabkan krisis komoditas pangan. “Padahal proses pengurusan impor […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia masih kurang mengantisipasi kebutuhan pangan masyarakat.

Hal ini dibuktikan oleh kenaikan sejumlah harga bahan pokok, terutama di tengah pandemi COVID-19.

Peneliti CIPS Felippa Ann Amanta mengatakan, keterlambatan pengurusan rekomendasi impor menjadi salah satu faktor yang menyebabkan krisis komoditas pangan.

“Padahal proses pengurusan impor membutuhkan waktu yang tidak sedikit,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 16 April 2020.

Kondisi ini, lanjutnya, diperparah oleh pandemi COVID-19 yang mengakibatkan terjadinya kepanikan masyarakat sehingga permintaan melonjak, serta transportasi dan logistik mengalami disrupsi.

Berdasarkan pantauan CIPS terhadap Indeks Bulanan Rumah Tangga (Indeks BU RT), harga bawang putih pada bulan Maret mengalami kenaikan mencapai Rp74.600 per kilogram.

Hal ini terjadi pula pada gula yang naik hampir dua kali lipat dari Rp10.900 menjadi Rp18.750 per kilogram. Sementara itu, harga bawang bombai yang naik menjadi Rp150.000 per kilogram.

Ann mengungkapkan, kondisi ini sangat disayangkan. Menurutnya, di tengah situasi sulit saat ini, ketahanan pangan merupakan prioritas utama selain kesehatan publik.

Meskipun demikian, ia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang telah membebaskan persyaratan Surat Persetujuan Impor (SPI) dan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk bawang putih dan bawang bombay sebagai upaya menstabilkan harga.

“Untungnya, pemerintah telah menanggapi krisis ini dengan membebaskan SPI dan RIPH,” kata Ann.

Namun, di sisi lain, kata Ann, kriris pangan ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Tantangan utama yang dihadapi oleh pertanian Indonesia, meliputi lahan yang tidak mencukupi, iklim yang tidak tepat untuk penanaman komoditas tertentu, dan lain sebagainya.

Ia berharap, ke depan pemerintah dapat mengevaluasi berbagai kebijakan terkait ketahanan pangan agar masyarakat, khususnya mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, masih dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup dan aman.