<p>Ilustrasi</p>
Energi

PLN Bakal Tambah Pembangkit EBT jadi 75 Persen pada 2024-2033

  • Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepakat revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033 dengan 75 persen penambahan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepakat menambah pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 75% dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033.

Darmawan menyebut, revisi ini akan menggantikan RUPTL 2021 hingga 2030 yang masih berlaku saat ini, yaitu dengan rencana penambahan pembangkit EBT sebesar 20,9 gigawatt (GW) atau 51,6% dari total bauran energi primer.

"Tadinya RUPTL saat ini ada penambahan 20,9 GW atau 51,6 persen, selanjutnya untuk draft RUPTL 2024-2033 naik jadi 75 persen atau 31,6 GW, pembangkit gas 25 persen sebesar 10,5 GW," katanya di DPR, ditulis Kamis, 16 November 2023.

Darmawan melanjutkan, selain penambahan 75% EBT dan 25% pembangkit gas, melalui skenario ini pembangkit yang berbasis batu bara alias PLTU masih tetap beroperasi sampai masa akhir kontrak, namun dengan penambahan teknologi Carbon Capture and Storage (CCUS).

Dirut PLN ini  juga menjelaskan, bahwa penambahan pembangkit EBT yang berbasis pada surya dan angin yang bersifat intermiten akan memberi tekanan cukup besar pada keandalan sistem kelistrikan PLN saat ini. Adanya intermintensi tersebut membutuhkan inovasi teknologi agar sistem PLN tetap stabil.

Perinciannya, penambahan pembangkit EBT bersifat baseload sebesar 31 GW, lalu yangEBT bersifat intermiten yaitu variabel angin dan solar sekitar 28 GW. Kemudian ada energi baru alias nuklir sebesar 2,4 GW dan bisa bertambah menjadi 5-6 GW.

Skenario lainnya yaitu business as usual dengan semuanya berbasis batu bara, semua pembangkit berbasis gas, semua pembangkit berbasis EBT, dan semua pembangkit berbasis EBT dengan pensiun dini PLTU.

Dengan begitu, skenario business as usual berbasis PLTU, emisi gas rumah kaca akan meningkat menjadi 512 juta ton per tahun di 2040. Sementara jika semuanya berbasis gas akan turun menjadi 407 juta ton per tahun di 2040.