<p>Pembangkit listrik ramah lingkungan dari PLN / Dok. PLN</p>
Nasional

PLN Dorong Pelet Kayu dan Cangkang Sawit Pasok Energi PLTU

  • PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mendorong program Co-Firing terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai alternatif energi terbarukan dengan memanfaatkan biomassa dan sumber alam lain.

Nasional
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mendorong program Co-Firing terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai alternatif energi terbarukan dengan memanfaatkan biomassa dan sumber alam lain.

Executive Vice President Corporate Communications and CSR PLN Agung Murdifi mengatakan program tersebut sebagai inovasi supaya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi lebih ramah lingkungan dan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No. P.15/2019 tentang Tingkat Baku Mutu Emisi.

“PLN melakukan pengendalian kadar sulfur batu bara dengan cara pencampuran dan pemilihan batu bara dengan komposisi campuran sulfur yang dapat memenuhi kualitas baku mutu emisi Sulfur Dioksida (S02) [biomassa]. Program Co-Firing langkah PLN mendorong pemanfaatan energi terbarukan,” kata Agung dari keterangan pers yang diterima TrenAsia.com, Selasa, 12 Januari 2021.

Co-Firing yang dilakukan uji coba, kata dia, di sejumlah PLTU seperti PLTU Jeranjang berkapasitas 2×25 Megawatt (MW) dari pelet sampah, PLTU Rembang berkapasitas 2×325 MW, PLTU Paiton berkapasitas 2×400 MW dan PLTU Indramayu berkapasitas 3×330 MW dari pelet kayu.

PLTU lain menggunakan cangkang sawit seperti di Tenayan berkapasitas 2×110 MW, di Ketapang berkapasitas 2×10 MW, di Sanggau berkapasitas 2×7 MW dan di Belitung berkapasitas 2×16,5 MW.

PLN menyatakan masih ada pembangkit listrik lain akan dikombinasikan dengan batu bara dan program Co-Firing.

“Secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN berpotensi dapat melakukan Co-Firing biomassa. Pembangkit tersebut tersebar di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.154 MW,” ujarnya.

Agung mengutarakan PLN memiliki teknologi rendah karbon seperti Super Critical (SC) dan Ultra Super Critical (USC) untuk menerapkan energi alternatif dipasok di PLTU. Hal itu, menurutnya, sebagai komitmen PLN menjaga kelestarian lingkungan.

Cara lain PLN, kata dia, Persero telah melengkapi teknologi continous emission monitoring system (CMS) emisi secara berkelanjutan. Sistem itu dipasang pada semua PLTU berkapasitas 25 MW untuk mengendalikan emisi secara real time. (SKO)