PLN Investasikan Rp7.150 Triliun untuk Kejar Target Emisi Nol Persen
- PT PLN (Persero) akan berinvestasi hingga US$500 miliar setara Rp7.150 triliun untuk mendukung energi hijau, melakukan dekarbonisasi dan mencapai target misi nol bersih pada 2060.
Industri
JAKARTA -- PT PLN (Persero) akan berinvestasi hingga US$500 miliar setara Rp7.150 triliun untuk mendukung energi hijau, melakukan dekarbonisasi dan mencapai target netral karbon atau emisi nol bersih pada 2060.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PLN, Sinthya Roesly mengatakan dana tersebut akan dipakai untuk peluang pendanaan energi hijau.
Berbicara dalam forum Mobilizing Financing for Indonesia's Power Sector Decarbonization di KTT Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP26) Glasgow, dia mengatakan sejak akhir 2020, PLN telah melakukan transformasi hijau untuk bisa menjawab cita-cita bersama seluruh dunia untuk bisa mencapai target emisi nol persen.
Berbagai proyek strategis juga telah dijalankan PLN guna mempercepat peningkatan porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang selaras dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
- Lagi, Satgas Waspada Investasi OJK Temukan 116 Pinjol Ilegal
- Harga Minyak Goreng Terus Naik, Ekspor CPO Akan Disetop
- Trik Mudah Cara Nonton YouTube Sambil Chat di WhatsApp
Selain itu, PLN juga bergerak cepat dengan mengimplementasikan program co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) serta menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di daerah remote dengan pembangkit berbasis EBT.
"Proyek tersebut menjadi bukti komitmen PLN dalam mendukung pemerintah mempercepat target Carbon Neutral dan meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi," ujar Sinthya dikutip dari keterangan resmi, Kamis, 4 November 2021.
Dia menegaskan komitmen PLN untuk meningkatkan porsi green financing dengan meluncurkan kerangka pembiayaan berkelanjutan guna mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit EBT sehingga masyarakat bisa menikmati energi bersih dan andal hingga ke pelosok pedesaan serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
"Dalam kesempatan yang baik di COP26 ini, PLN memerlukan dukungan dari seluruh stakeholder untuk mencapai cita-cita bersama dengan instrumen pinjaman lunak untuk mempercepat pelaksanaan proyek dekarbonisasi," ungkapnya.
Sinthya mengatakan, ada beberapa instrumen yang akan ditempuh PLN untuk menangkap peluang pendanaan hijau.
Pertama, green bonds atau obligasi hijau yang nanti hasilnya akan secara eksklusif diterapkan untuk membiayai kembali proyek dengan manfaat lingkungan yang jelas.
- Apa Masalah Utama Garuda Indonesia hingga Terancam Bangkrut? Bekas Komisaris, Peter F. Gontha Buka Suara
- Garuda Indonesia Terancam Bangkrut, Chairul Tanjung Berpotensi Merugi Rp19,7 Triliun
- Ini 3 Alasan Erick Thohir Pecat 4 Direktur dan 1 Komisaris MIND ID
Kedua, social bonds, yang akan dimanfaatkan untuk menjalankan proyek-proyek strategis yang berdampak langsung pada masyarakat dan memitigasi persoalan sosial masyarakat.
Ketiga, sustainability bonds yang penerapannya bisa secara eksklusif diterapkan untuk membiayai kembali kedua instrumen tersebut.
"PLN juga berkomitmen untuk memanfaatkan pendanaan ini semaksimal mungkin dengan sistem pengawasan berkelanjutan dan juga melakukan pelaporan dana yang diserap secara berkala," imbuh Sinthya.
Di Glasgow, Asian Development Bank (ADB) juga telah bergabung dalam komitmen bersama dengan PLN untuk mendukung transisi energi hijau setelah menyelesaikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
Acara penandatanganan tersebut diadakan di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP26) di Glasgow, antara Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dengan Direktur Jenderal ADB untuk Asia Tenggara Ramesh Subramaniam.
Diharapkan, PLN mendapat pendanaan dari pembiayaan iklim kumulatif ADB selama periode 2019–2030 yang mencapai US$100 miliar setara Rp1.400 triliun.*