PLTS Terapung Cirata Mampu Kurangi Emisi Karbon 214.000 Ton Setiap Tahun
- Pembangunan PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon sebanyak 586,3 ton setiap harinya.
Energi
JAKARTA - PT PLN (Persero) menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata sebagai PLTS terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia ini mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun.
PLTS ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) hasil kolaborasi Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) yang melibatkan subholding PLN Nusantara Power dengan Masdar.
PLTS Terapung Cirata dibangun di atas permukaan air waduk Cirata yang luasnya lebih dari 6.200 hektar. Untuk PLTS sendiri memiliki luas 200 hektar dan mampu memproduksi energi hijau berkapasitas 192 Megawatt peak (MWp) untuk menyuplai listrik bagi 50 ribu rumah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sendiri menyatakan optimistis kapasitas produksi PLTS Terapung Cirata masih bisa dioptimalkan hingga 1,2 Gigawatt peak (GWp).
- KPU Undi Nomor Urut Pasangan Capres-Cawapres Malam Ini
- Biden: Rumah Sakit Gaza Harus Dilindungi
- Puncak Shopee 11.11 Big Sale, Dongkrak Transaksi Brand Lokal dan Pesanan Ekspor
“Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWp apabila memanfaatkan 20% dari luas total waduk Cirata,” ujar Arifin pada peresmian PLTS Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan pembangunan PLTS Terapung Cirata merupakan wujud nyata PLN dalam menjalankan transisi energi. PLN sendiri sedang mengembangkan green enabling transmission line dan smart grid sebagai bagian dari skema ARED (Accelerating Renewable Energy Development) di PLTS ini dengan tujuan untuk menyuplai listrik dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang terisolasi dan terpisah ke pusat permintaan listrik di perkotaan.
Darmawan menjelaskan listrik yang dihasilkan oleh PLTS Apung Cirata memiliki tegangan sebesar 20 kilo volt (kV), yang kemudian dihubungkan ke gardu induk dan diubah menjadi 150 kV, serta langsung dialirkan ke transmisi Jawa-Bali.
Darmawan menegaskan komitmen PLN untuk terus mempercepat transisi energi di Indonesia dengan meningkatkan kontribusi EBT hingga mencapai 75%, setara dengan 61 GW pada tahun 2040. Melalui ARED, PLN menargetkan peningkatan yang signifikan dalam bauran EBT di sistem mereka, termasuk hydropower sebesar 25,3 GW, panas bumi sebesar 6,7 GW, serta energi surya dan angin sebesar 28 GW.
“Transisi energi ini sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga momentum pembangunan ekonomi yang pesat, mempercepat pertumbuhan, membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pada saat yang sama, menjaga lingkungan,” lanjut Darmawan.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Rully Firmansyah menjelaskan PLTS Terapung Cirata mampu menyediakan listrik untuk sekitar 50.000 rumah dengan asumsi rata-rata konsumsi per rumah sebesar 15 kWh per hari. Selain itu, pembangunan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon sebanyak 586,3 ton setiap harinya.
Rully menekankan dalam periode satu tahun, proyek PLTS ini diperkirakan mampu mengurangi emisi karbon sebanyak 214.000 ton.