Ilustrasi polusi di kawasan Jakarta
Energi

Polusi Udara Mengkhawatirkan, Bahlil : Akibat Batu Bara dan Fosil

  • Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan biang kerok polusi udara yang memburuk di Jakarta berasal dari masih digunakannya batu bara dan bahan bakar fosil.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan biang kerok polusi udara yang memburuk di Jakarta berasal dari masih digunakannya batu bara dan bahan bakar fosil.

Bahlil mendorong,  dunia menggunakan mobil listrik untuk kendaraan keseharian mereka guna mengkampanyekan program green energy atau energi hijau.

"Polusi di Jakarta ini terlalu tinggi karena kita memakai batu bara dan memakai fosil," katanya di dalam kuliah umum ddi UIN Syarif Hidayatullh Jakarta pada Selasa, 29 Agustus 2023. 

Bahlil mengatakan penggunaan mobil listrik dan dorongan menuju energi hijau bisa menurunkan polusi serta memanfaatkan sumber daya minetal yaitu nikel untuk menggenjot baterai listrik.

Cadangan nikel Indonesia diakui melimpah, dengan adanya cadangan tersebut membuat potensi Indonesia untuk mengurangi polusi dengan menggunakan kendaraan listrik bisa terwujud.

Hal ini senada dengan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan. Hal ini diharapkan juga mampu menekan polusi akhir-akhir ini yang menimpa Jakarta.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, salah satu opsi untuk mengatasi tingkat polutan tinggu dengan mendorong peningkatan oktan pada BBM.

Arifin pun tak menampik bahwa permasalahan gas buang dari bahan bakar minyak (BBM) turut menjadi permasalahan yang perlu diatasi. Penyebabnya, tingkat polutan yang dihasilkan dari BBM menjadi salah satu penyumbang polusi udara di tanah Air.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkapkan, faktor utama pencemaran emisi atau penyebab memperburuknya kualitas udara di Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya adalah PLTU dan kendaraan bermotor.

Siti menyebut dari kendaraan dengan kontribusi 44%, lalu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 34%, dan sisanya adalah lain-lain, termasuk dari rumah tangga