Ilustrasi aktivitas lansia (Nestle Health Science).
Nasional

Populasi Lansia Tembus 20 Persen pada 2045, Bagaimana RI Menyikapinya?

  • Jumlah orang lanjut usia (lansia) di Indonesia diproyeksi akan menembus lebih dari 20% pada tahun 2045. Kini, populasi lansia berada di angka 11,75% usai pemerintah berhasil menekan angka kematian dan memperpanjang usia harapan hidup.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Jumlah orang lanjut usia (lansia) di Indonesia diproyeksi akan menembus lebih dari 20% pada tahun 2045. Kini, populasi lansia berada di angka 11,75% usai pemerintah berhasil menekan angka kematian dan memperpanjang usia harapan hidup. 

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan lansia perlu didorong memiliki kehidupan yang mandiri, sejahtera dan bermartabat. Sejauh ini, pemerintah telah mengadopsi Strategi Nasional Lanjut Usia (SNLU) melalui Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2021 untuk mencapai hal tersebut.

Bappenas juga telah merampungkan draf rencana pembangunan jangka panjang 2025 yang mencakul beragam isu seperti perlindungan dan kesejahteraan rakyat. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Maliki, mengatakan penuaan harus dilihat sebagai proses sepanjang kehidupan dengan pendekatan lintas sektor. 

“Mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan, kita perlu mempersiapkan diri untuk memastikan lansia dapat berperan sebagai subyek pembangunan, bukan sekadar obyek,” ujarnya dalam acara The 2024 Asia-Pacific Regional Conference on Population Ageing: Reframing Ageing di Bali, Rabu (11/9/2024).

Pihaknya mengatakan pendekatan intergenerasi sangat penting bagi persiapan masa lansia yang sejahtera. “Jangan tua sebelum kaya,” ujar Maliki. The 2024 Asia-Pacific Regional Conference on Population Ageing merupakan acara yang berfokus pada tema membingkai ulang penuaan. 

Bukan Beban

Konferensi ini mempertemukan lebih dari 450 ahli, pembuat kebijakan, anggota PBB dan badan-badan internasional, serta pemimpin masyarakat sipil dari seluruh Asia-Pasifik untuk menata ulang peran lansia dalam masyarakat. Kegiatan ini turut didukung Program SKALA yakni kemitraan antara Pemerintah Australia dan Indonesia. 

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan populasi lansia di dunia cenderung terus meningkat belakangan ini. Pada 2050, Dante memperkirakan satu dari lima orang di dunia berusia di atas 60 tahun. Di kawasan Asia Pasifik, populasi orang dewasa yang lebih tua tumbuh pesat.

Ilustrasi aktivitas lansia (Alodokter).

Pihaknya mengajak masyarakat melihat lansia tidak sebagai beban, melainkan dengan cara pandang positif. Menurut dia, penuaan seringkali dipandang sebuah kelemahan. Padahal, imbuhnya, penuaan harus dirayakan sebagai sebuah kebijaksanaan. “Ini bukan tentang menjadi semakin tergantung, tetapi tentang menawarkan pengalaman seumur hidup,” ujarnya.  

Dante menyebut pembenahan perspektif tak kalah penting dibanding tantangan kesehatan yang harus dihadapi lansia. “Kita harus fokus untuk memberdayakan mereka,” kata dia. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan layanan kesehatan primer terpadu yang berfokus pada semua tahap kehidupan.

Baca Juga: Tips Berumur Panjang Ala Orang Jepang, Apa Saja Yang Mereka Lakukan?

Pihaknya meyakini konferensi akan menghasilkan ide-ide segar dan solusi inovatif untuk membantu mengembangkan kebijakan yang lebih adaptif dan responsif terhadap penuaan populasi. “Mari kita dorong perubahan paradigma ini, bahwa penuaan bukan sebagai beban, tapi sebagai peluang.”

Under‐Secretary General of the United Nations and Executive Secretary of the United Nations Economic and Social Commission for Asia and Pacific (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana, menyebut tantangan penuaan populasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga semua pihak.

Armida menyarankan pendekatan multidimensi dan holistik, dengan mempromosikan dukungan untuk penuaan aktif dan sehat. Selain itu juga dapat mendorong partisipasi lansia dalam dunia kerja dan memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas umur produktif mereka. 

Pihaknya juga menekankan pentingnya investasi dalam sistem perawatan kesehatan dan perawatan jangka panjang yang terintegrasi, serta menyoroti perlunya membangun lingkungan sosial yang inklusif dan ramah usia. “Promosi hubungan antargenerasi dan solidaritas adalah elemen kunci untuk masyarakat yang harmonis dan inklusif di masa depan,” ujarnya.