Populasi Makin Susut, Pejabat China Serukan Biaya Lahiran Turun
- Pejabat kesehatan China menyerukan pemerintah untuk segara menurunkan biaya melahirkan dan membesarkan anak
Dunia
BEIJING- Pejabat kesehatan China menyerukan pemerintah untuk segara menurunkan biaya melahirkan dan membesarkan anak. Hal ini diminta segera dilakukan mengingat populasi Negeri Tirai Bambu saat ini makin menyusut.
Sebagaimana diketahui, untuk pertama kalinya dalam enam dekade, populasi China menunjukkan penurunan drastis. Di masa depan, hal ini diprediksi sebagai perubahan sejarah sekaligus penanda bahwa populasi negara tersebut bakal terus menyusut.
Mengingat manusia menjadi sumber daya China yang cukup dibanggakan, ada kekhawatiran bahwa penyusutan populasi berpengaruh pada ekonomi.
- Stop Meragukan Diri Anda! Jangan Percayai 4 Mitos Ini
- Jangan Kelewat, Ini Jadwal Pasar Murah di Bandung Jelang Ramadan
- Antrean Mengular, Ini 6 Alasan Mengapa Mie Gacoan Selalu Ramai
- Cara Sembunyikan atau Hapus Riwayat Lokasi di Google Maps Agar Tidak Ketahuan
Mengutip Reuters Jumat, 10 Februari 2023, rospek populasi yang menua dengan cepat memperlambat ekonomi karena pendapatan turun dan utang pemerintah meningkat karena melonjaknya biaya kesehatan dan kesejahteraan. Alhasil, ahli demografi memperingatkan bahwa China mungkin menjadi tua sebelum menjadi kaya.
Direktur Departemen Pemantauan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga di bawah Komisi Kesehatan Nasional (NHC), Yang Wenzhuang menekankan pentingnya dukungan keluarga untuk meningkatkan tingkat kesuburan.
“Pemerintah daerah harus didorong untuk secara aktif mengeksplorasi dan membuat inovasi berani dalam mengurangi biaya persalinan, pengasuhan anak dan pendidikan untuk mempromosikan pembangunan penduduk yang seimbang dalam jangka panjang,” kata Yang.
Yang menambahkan bahwa adanya kekhawatiran tentang uang dan pengembangan karir di kalangan wanita menjadi salah satu faktor utama orang memilih untuk tidak memiliki bayi. Karena itulah, baginya menetapkan kebijakan yang tepat diperlukan untuk meningkatkan tingkat kesuburan.
"China harus memahami dengan tegas periode jendela penting dari perkembangan populasi selama rencana lima tahun ke-14 yang berlangsung hingga 2025 untuk mempercepat dukungan melahirkan anak," katanya.
Menilik masa lalu, selama beberapa dekade sebelumnya, Pemerintah China disibukkan dengan prospek pertumbuhan populasi yang tak terkendali. Oleh karena itu, pemerintah memberlakukan kebijakan satu anak yang ketat dari tahun 1980 hingga 2015 untuk menjaga jumlahnya.
Sayangnya, kebijakan tersebut kini jadi senjata makan tua. Saat ini, populasi China makin menyusut dan India akan segera menjadi Negara dengan populasi terpadat di dunia.
Sebagai informasi, pada 2022 lalu, Biro Statistik Nasional China melaporkan penurunan sekitar 850.000 orang untuk populasi 1,41175 miliar. Angka ini merupakan penurunan pertama sejak 1961, tahun terakhir Kelaparan Besar China.
Tingkat kelahiran tahun lalu hanya 6,77 kelahiran per 1.000 orang, turun dari tingkat 7,52 kelahiran pada tahun 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam catatan.
Sebagian besar penurunan demografis bisa dibilang merupakan hasil dari kebijakan satu anak. Ditambah lagi, pemerintah memberlakukanbiaya pendidikan tinggi yang membuat banyak orang menunda memiliki lebih dari satu anak atau memiliki sama sekali.
Pakar PBB melihat populasi China menyusut hingga 109 juta jiwa pada tahun 2050. Angka ini lebih dari tiga kali lipat penurunan perkiraan mereka sebelumnya pada tahun 2019.
Guna mengatasi penyusutan populasi di masa depan, Pemerintah China melakukan sejumlah aksi. Beberapa waktu lalu, Otoritas kesehatan di provinsi Sichuan mengatakan pada pihaknya akan mengizinkan orang yang belum menikah untuk berkeluarga dan menikmati manfaat yang disediakan untuk pasangan yang sudah menikah per 15 Februari.
Secara terpisah, beberapa provinsi termasuk Shaanxi mengumumkan minggu ini bahwa mereka akan memberikan hingga 5.000 yuan kepada donor sperma untuk meningkatkan bank sperma.