Portofolio Ekonomi Syariah di Indonesia akan Besar
- Sebagian dana dalam jumlah besar yang diperoleh bank syariah tertentu, misalnya PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk, pasti akan dialokasikan di bursa berjangka komoditi derivatif.
Ekonomi Syariah
JAKARTA- Direktur Eksekutif Asosiasi Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Herbudhi Setio Tomo meyakini portofolio ekonomi syariah di Indonesia akan besar.
Diakui saat ini masih ada 5 dari 12 bank syariah di Indonesia yang belum menjadi peserta transaksi komoditi syariah. Namun sisa dari lembaga keuangan itu akan turut terlibat dalam perdagangan tersebut.
“Kebutuhan (5 bank syariah yang belum menjadi peserta transaksi komoditi syariah) belum sampai sana (menjadi peserta). Suatu saat akan sampai karena bank syariah itu akan meningkat sejalan dengan sektor riil,” katanya dalam Talk Show bertajuk ‘Menjelajahi Dinamika Komoditi Syariah: Peluang dan Tantangannya di Indonesia’ di Jakarta, Senin 18 Maret 2024.
Dengan begitu Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diperoleh semakin besar oleh 5 bank syariah tersebut, maka lending akan semakin banyak ke sektor riil. Kemudian portofolio akan dijual ke bursa berjangka komoditi derivatif mengingat perusahaan membutuhkan likuiditas. Karena itu, lanjut dia, secara perlahan setiap bank syariah bakal menjadi peserta Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX).
- Bahlil Bongkar Biang Kerok Rp149 Triliun Investasi Mangkrak Sulit Dieksekusi
- Pornhub Diblokir di Texas, Ini Reaksi Warga
- Waskita Karya Rampungkan Proyek Hotel Saka dan Apartemen Milik PTBA
Menurut Tomo, sebagian dana dalam jumlah besar yang diperoleh bank syariah tertentu, misalnya PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk, pasti akan dialokasikan di bursa berjangka komoditi derivatif.
Sebagai informasi, BSI berhasil masuk 10 besar Bank Syariah Global dengan kapitalisasi pasar (market capitalization) Rp131,47 triliun. “Tidak mungkin uang yang sebesar itu dilempar semua kepada pemerintah, tidak mungkin. Pasti ada portfolio sekian lah dia akan lempar ke bursa,” ucap Tomo.
Apalagi, lanjutnya, terdapat rencana konsolidasi antar bank, salah satunya PT Bank Muamalat dengan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk yang memiliki total perkiraan aset sebesar Rp120 triliun. Dengan nilai aset yang begitu besar, maka akan berdampak terhadap perluasan produk pembiayaan, salah satunya produk likuiditas ke bursa berjangka komoditi derivatif.
“Bayangkan itu nanti akan masuk ke dalam transaksi bursa, pasti (akan masuk ke bursa), karena bank tidak mungkin hanya an sich pembiayaan lending. Pasti ada produk yang lebih moving forward (dengan) membuat uang itu ditempatkan (di tempat) yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Hingga saat ini, beberapa lembaga keuangan yang telah menjadi peserta transaksi komoditi syariah meliputi PT BSI Tbk, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank Mega Syariah, PT CIMB Niaga Tbk melalui Unit Usaha Syariah (UUS), PT Bank Maybank Indonesia melalui UUS, PT CIMB Niaga Auto Finance, dan PT Bank Permata Syariah.
Kemudian, ada empat lembaga keuangan yang masih dalam proses menjadi peserta transaksi komoditi syariah di ICDX, yakni PT Bank Nano Syariah, PT BCA Syariah, PT Bank Muamalat, dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk.