Potensi Ekspor Tinggi, KKP Dorong Industrialisasi Rumput Laut
Merujuk pada data FAO (2019), Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar nomor satu dunia khususnya untuk jenis eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80% supply share, utamanya untuk tujuan ekspor ke China.
Industri
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong industrialisasi rumput laut sebagai produk ekspor perikanan nasional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengungkapkan, ekspor tersebut dapat menyumbang devisa negara di tengah dampak ekonomi akibat pandemi virus corona (COVID-19).
“Ekspor rumput laut memicu optimisme untuk tetap menjalankan kegiatan ekonomi di tengah pandemi COVID-19,” ungkap Slamet dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 28 April 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menteri KKP Edhy Prabowo telah melepas ekspor rumput laut jenis spinosum di Serang, Banten, sebanyak 53,5 ton dalam bentuk raw material kering dengan nilai ekspor mencapai Rp700 juta.
“Rumput laut punya peluang untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja,” kata Slamet.
Menurutnya, tujuan ekspansi ekspor kali ini lebih luas. Vietnam menjadi negara yang dituju sebagai pasar baru. Sebelumnya, lanjut Slamet, ekspor rumput laut nasional didominasi ke China dan Filipina.
“Terbukanya ekspor ke Vietnam akan menaikkan nilai ekonomi rumput laut jenis spinosum yang memang potensial di Indonesia,” kata Slamet.
Ia memaparkan, pada 2019 tercatat nilai ekspor rumput laut mencapai US$324,84 juta atau naik 11,31% dari 2018 yang sebesar US$291,83 juta.
Selama 2014-2019, rata-rata pertumbuhan ekspor rumput laut nasional sebesar 6,53% per tahun. Sementara itu, produksi rumput laut nasional hasil budidaya pada tahun 2018, tercatat sebesar 10,18 juta ton.
Pada tahun ini, produksi rumput laut ditargetkan mencapai 10,99 juta ton. Untuk merealisasikannya, KKP telah membentuk kelompok kerja (Pokja) menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.
Merujuk pada data FAO (2019), Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar nomor satu dunia khususnya untuk jenis eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80% supply share, utamanya untuk tujuan ekspor ke China. Namun demikian, saat ini ekspor rumput laut Indonesia ke China hampir 80% masih didominasi raw material.
Untuk itu penting menaikan nilai tambah devisa ekspor dengan menggenjot ekspor non raw material, paling tidak 50% bisa diekspor dalam bentuk setengah jadi seperti semi refine carrageenan dan refine carrageenan.
KKP menargetkan produksi rumput laut nasional tumbuh rata rata 2,92% dalam periode 2020-2024. KKP juga akan memprioritaskan kemudahan investasi hilirisasi rumput laut guna menggenjot nilai ekonomi yang lebih besar.
Sebagaimana diketahui Indonesia memiliki daya saing kompararif tinggi karena letak geografis sebagai bagian dari segi tiga karang dunia. Setidaknya 550 jenis rumput laut dunia ada di Indonesia.
Untuk rumput laut ekonomis tinggi seperti Eucheuma cottoni, Indonesia diperkirakan memiliki potensi nilai ekonomi hingga mencapai US$10 miliar setara Rp150 triliun per tahun. (SKO)