Potensi Lonjakan Inflasi Saat Ramadan Bisa Pengaruhi Daya Beli
- Warga diminta mewaspadai potensi lonjakan inflasi menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Ada potensi lonjakan harga bahan pangan pada periode tersebut yakni bulan Maret dan April 2024.
Makroekonomi
JAKARTA—Warga diminta mewaspadai potensi lonjakan inflasi menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Ada potensi lonjakan harga bahan pangan pada periode tersebut yakni bulan Maret dan April 2024.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan soal potensi peningkatan inflasi menjelang bulan puasa dan Lebaran. Pihaknya mengaku tetap waspada meski tingkat inflasi nasional masih terkendali.
“Kita tidak boleh terlena karena faktor inflasi dari pangan menunjukan kenaikan dan tekanan, ini yang harus terus diantisipasi,” ujar Sri dalam BRI Microfinance Outlook 2024 di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2024. Menkeu optimistis Indonesia bakal mampu menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan inflasi yang tinggi.
Hal ini tergambar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% pada 2023. “Pertumbuhan ekonomi yang stabil di level 5% telah mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Hal ini juga menunjukkan inklusivitas,” ujar Sri Mulyani.
Baca Juga: Harga Beras Melonjak, Warga Diminta Tak Panic Buying
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mewanti-wanti adanya potensi lonjakan harga pangan saat Ramadan pada bulan Maret dan April 2024. Kenaikan harga tersebut bakal mendorong laju inflasi nasional. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar mengatakan puncak inflasi biasa terjadi di awal bulan Ramadan.
Inflasi kemudian cenderung mereda menjelang Idulfitri. “Kalau kita lihat secara historis, memang puncak inflasi itu ada di bulan Ramadan atau hari raya dan akhir tahun,” ujar Amalia. BPS mendorong pemerintah melakukan antisipasi awal agar tekanan inflasi tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya.
Lonjakan inflasi, imbuh BPS, bakal memengaruhi daya beli warga. BPS mewaspadai kenaikan harga beberapa komoditas yang akan terdampak akibat tingginya permintaan menjelang Ramadan dan Lebaran. Hal itu seperti tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras. “Tahun ini mudah-mudahan tekanannya tidak terlalu besar seperti tahun lalu,” ujar Amalia.
Pastikan Ketersediaan Stok
Pemerintah didorong memastikan ketersediaan stok bahan pangan untuk pengendalian harga. Selain itu, kelancaran distribusi pangan di seluruh wilayah menjadi faktor penting menjaga kestabilan harga. Pemerintah juga perlu melakukan operasi pasar untuk memastikan keterjangkauan harga.
Lebih lanjut, BPS mewanti-wanti pemerintah tak melupakan sosialisasi pada warga agar tidak melakukan panic buying. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memprediksi kenaikan inflasi masih akan berlanjut menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Pihaknya memprediksi tingkat inflasi bulan Maret dapat mencapai 0,6%. Hal itu terutama dipengaruhi tingginya permintaan disusul dengan naiknya harga kebutuhan pokok. “Saya rasa akan naik lebih tinggi tingkat inflasinya, karena kenaikan tidak hanya terjadi pada beras. Menyusul transportasi, harga BBM nonsubsidi, harga tol dan kebutuhan pokok seperti telur, daging dan gula akan naik karena permintaan tinggi,” ujar Eko dikutip dari Antara.
Sebagai informasi, BPS mencatat tingkat inflasi bulanan sebesar 0,37% pada Februari 2024. Adapun secara tahunan Indonesia mengalami kenaikan inflasi 2,75%, dibandingkan bulan sebelumnya yakni 2,57%.