Nampak seorang petani tengah melakukan panen tanaman kelapa sawit di kawasan Bogor Jawa Barat, Kamis 28 Mei 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Potensi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit di Tengah Tingginya Permintaan CPO

  • Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Juan Harahap memproyeksikan bahwa produksi minyak sawit Malaysia akan terus meningkat sepanjang 2022.
Industri
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Belakangan ini, harga minyak kelapa sawit dunia mengalami lonjakan yang cukup signifikan dan membuat para pelaku pasar mengamati pergerakan saham emiten crude palm oil (CPO). Sehingga, sektor perkebunan diperkirakan masih akan atraktif hingga beberapa waktu ke depan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Juan Harahap memproyeksikan bahwa produksi minyak sawit Malaysia akan terus meningkat sepanjang 2022. Hal ini didorong oleh kemungkinan adanya pelonggaran pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah setempat untuk mengatasi krisis tenaga kerja.

Ia melihat adanya potensi pertumbuhan produksi minyak sawit sebesar 5% year-on-year (yoy) menjadi 18,5 juta ton pada tahun 2022. Di sisi lain, produksi minyak sawit di dalam negeri sekitar 38 juta ton per akhir September 2021, atau cenderung stagnan.

Menurutnya, ada beberapa hal yang memengaruhi hal tersebut, antara lain musim kemarau panjang pada 2019 menyebabkan penurunan produksi kelapa sawit, serta pemupukan yang tidak memadai karena harga komoditas kelapa sawit yang tidak menguntungkan pada tahun 2019. 

Kemudian, adanya program peremajaan di Indonesia yang belum optimal dalam beberapa tahun terakhir. Secara keseluruhan, Juan mengharapkan peningkatan bertahap pada produksi minyak sawit di Indonesia sebesar 1% menjadi 50 juta ton pada tahun depan.

“Dari sisi impor, China mencatat tingkat impor yang lebih rendah menjadi 624.000 ton pada September 2021, menjadi angka kumulatif sebesar 4,7 juta ton atau naik 8,2 persen secara tahunan,” ujarnya melalui riset yang diterima Kamis, 25 November 2021.

Baginya, kondisi ini sejalan dengan ekspektasi dalam laporan sebelumnya bahwa Mirae memperkirakan China akan menurunkan pembelian minyak sawitnya pada akhir semester kedua 2021 hingga 2022 karena adanya upaya peningkatan produksi minyak nabati domestik.

Pada periode yang sama, India mencatat peningkatan impor hingga 19,8% yoy menjadi 6,9 juta ton. Peningkatan ini disebabkan oleh kombinasi dari pembukaan kembali hotel, restoran, dan catering, serta kebijakan India untuk memotong bea masuk dasar CPO.

Juan juga mencatat bahwa kesenjangan antara harga CPO dan minyak mentah semakin lebar menjadi US$644 per ton di Oktober 2021 dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun sebelumnya, US$296 per ton. “Namun, kami yakin program biodiesel akan berjalan lancar dengan dukungan finansial dari program ekspor retribusi baru,” ucapnya.

Dengan gambaran tersebut, Mirae mempertahankan rekomendasi overweight pada sektor perkebunan Indonesia. Kendati begitu, Juan memperkirakan asumsi harga rata-rata CPO pada 2022 turun menjadi 4.100 Ringgit Malaysia per ton dari 4.372 Ringgit Malaysia per ton.