Potensi Sukses Petani Millennial dalam Bimbingan Program Makmur Pupuk Kaltim
- Potensi Sukses Petani Millennial dalamBimbingan Program MakmurJAKARTA — Petani menjadi salah satu profesi yang mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan h
Gaya Hidup
JAKARTA — Petani menjadi salah satu profesi yang mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan hidup.
Sebab, Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang sangat beragam. Indonesia juga menjadi negara yang memiliki lahan pertanian terluas sehingga mayoritas profesi masyarakat Indonesia adalah bertani.
Namun, keberadaan petani semakin hari semakin berkurang karena minimnya minat generasi muda pada sektor pertanian. Menjadi petani masih dianggap sebagai profesi yang kurang cakap dan tidak bergengsi.
Apalagi saat ini, menjadi petani, tidak lagi bekerja dengan cara-cara lama. Petani masa kini sudah dapat menggunakan teknologi di bidang pertanian yang terus berkembang.
Teknologi ini berfungsi sebagai potensi memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk menambah gairah sektor pertanian, sejumlah program dan pengembangan pun telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak lainnya.
- Dukung Start Up Dalam Negeri, Jokowi Luncurkan Merah Putih Fund Desember Mendatang
- Bank Indonesia Optimis Ekonomi Indonesia Pulih di 2022, Simak Penjelasannya di Sini
- Pengendali Taksi, Purnomo Prawiro Kembali Borong Saham Blue Bird Senilai Rp5,93 Miliar
Salah satunya Program Makmur dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), yang merupakan perusahaan industri pupuk terbesar di Indonesia. Program ini menjadi solusi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Implementasi program tersebut terbukti mampu meningkatkan produktivitas pada komoditas jagung dan padi yang masing-masing sebesar hingga 42% dan 34%.
Begitu juga dari sisi keuntungan petani, terjadi kenaikan, yaitu untuk petani jagung sebesar hingga 52% dan petani padi sebesar hingga 41%. Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera, mengatakan program ini
Adrian juga mengatakan pihaknya terus mendukung dan melakukan pendampingan kepada petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang lebih kekinian.
“Program Makmur kita laksanakan di sejumlah wilayah tanggungjawab distribusi PKT, seperti Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Program ini juga merupakan upaya PKT dalam meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, dengan menciptakan ekosistem untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk petani millennial,” katanya dalam Talkshow yang diinisiasi oleh Demfarm.id dalam rangka peringatan Hari menanam Pohon dengan tema “Menjadi Petani Milenial”, Minggu 28 November 2021.
Disampaikan Adrian, program makmur ini memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker.
"Jadi program makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani millenial. Harapan kami akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing. Sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga millennial,” katanya.
Kesuksesan Program Makmur
Salah satu petani milenial binaan PKT yang sudah merasakan kesuksesan adalah Iqbal. Petani Millennial asal Jember ini mengaku memilih profesi menjadi petani di usia muda karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani.
“Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,” katanya dalam acara yang sama.
Iqbal juga mengatakan modal dasar menjadi petani adalah ilmu. Mulai dari mengetahui strategi, pasar, dan mengadopsi teknologi pertanian. Sehingga bertani tidak lagi menjadi pekerjaan yang berat semata.
“Jadi petani awalnya kita harus tau pasarnya. Punya strategi sejak awal. Jika kita paham dengan teknologi pertanian, kita lebih mudah dapat peluang untuk sukses, ini jadi latar belakang saya memilih menjadi profesi sebagai petani, kan tujuan dari kerjaan profit,” katanya.
Salam satu tahun ia bisa melakukan empat kali panen dengan masa tanam selama 60 hari. Saat ini, kelompok tani milenial Iqbal berjumlah 100 petani.
“Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” katanya.
Bukan hanya Iqbal, Soraya Cassandra yang merupakan Founder Kebun Kumara juga memberikan paparan senada. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi “petani milenial” dimulai dengan membuat kebun di rumah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kebun Kumara kami buat untuk mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi,” katanya.
Sandra berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman. Misalnya untuk jenis serangga, Sandra menyarankan untuk menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga basil, kemangi atau tanaman berdaun wangi lainnya.
“Suka duka berkebun itu ya salah satunya gangguan serangga. Tapi kalau belum gede intervensinya itu gak apa-apa, menandakan kebun kita itu sehat. Tapi kalau intervensinya udah gede dan tidak seimbang apalagi merugikan, kita bisa tanam tanaman ngalih. Sementara untuk hewan yang lebih gede seperti tikus, tutup semua jalan masuknya,” katanya.