Sejumlah pelajar,Kepolisian,TNI,pejabat pemerintahan serta beberapa organisasi massa di Kota Tangerang menggelar upacara bendera memperingati Hari Sumpah Pemuda di tengah sungai cisadane, Kamis 28 Oktober 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Fintech

Potret Pemuda Masa Kini: Tunda Menikah hingga Melek Investasi

  • Banyak pemuda yang secara sadar memilih karier dan pendidikan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Faktor ekonomi cukup berpengaruh dan mengubah pola pikir masyarakat sebelum akhirnya memutuskan menikah.

Fintech

Ilyas Maulana Firdaus

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan mayoritas anak muda Indonesia di rentang umur 16 hingga 30 tahun banyak yang masih berstatus belum kawin atau menikah. Angkanya cukup besar yakni mencapai 68,29% di tahun 2023.

BPS juga menyebutkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, perkembangan dari persentase masyarakat yang berstatus sudah kawin dan belum kawin semakin timpang. Persentase pemuda yang berstatus kawin kini hanya 30,61% saja. Sedangkan pemuda dengan status cerai hidup atau mati berada pada angka 1,10%. 

Ada beberapa faktor yang menjadi alasan rendahnya persentase anak muda yang menikah, seperti kondisi mental yang belum siap, faktor sosial budaya modern, perselingkuhan, hingga finansial. 

Banyak pemuda yang secara sadar memilih karier dan pendidikan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Faktor ekonomi cukup berpengaruh dan mengubah pola pikir masyarakat sebelum akhirnya memutuskan menikah. 

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Bagong Suyanto, menjelaskan mengapa fenomena ini dapat terjadi. “Keberadaan laki-laki mapan juga semakin berkurang karena sekarang mencari pekerjaan juga sulit,” ucapnya belum lama ini. 

Kembangkan Potensi Diri

Menurutnya, fenomena ini menjadi hal yang wajar dan konsekuensi yang tidak terhindarkan. Pada sisi yang lain, ada hal positif yang bisa tercipta dari menurunnya angka pernikahan ini. Seperti semakin terbuka lebarnya peluang bagi perempuan untuk mengembangkan potensi diri. 

“Angka itu turun karena kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Disamping itu ketergantungan perempuan juga menurun,” ucap Bagong Suyanto. Guru Besar Sosiologi itu juga berharap fenomena ini beriringan dengan meningkatnya modal sosial masyarakat. 

Generasi muda Indonesia kini juga makin gencar mengambil langkah dalam investasi digital, terutama di sektor kripto. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan platform investasi kripto lokal, lebih dari 60% investor kripto di Indonesia berusia antara 18 hingga 30 tahun. 

Hal ini menunjukkan pergeseran minat generasi Z dan milenial terhadap investasi berbasis teknologi dan digital. Kepala Bappebti, Kasan, mengungkapkan minat tinggi generasi muda dalam aset kripto menunjukkan antusiasme mereka terhadap pengelolaan keuangan alternatif. 

Teknologi blockchain yang terus berkembang menjadi salah satu daya tarik utama bagi mereka. “Generasi muda kini semakin peka terhadap perkembangan teknologi dan finansial. Literasi keuangan, termasuk pemahaman tentang kripto, menjadi sangat penting agar generasi muda dapat mengelola investasi dengan bijak dan menghindari risiko keuangan yang tidak perlu,” ucapnya.

Survei dari Indonesia Millennial and Gen Z Report 2024 menunjukkan bahwa 38% milenial dan 41% Gen Z di Indonesia secara rutin menyusun anggaran keuangan bulanan, sementara lebih dari 25% dari masing-masing kelompok usia ini aktif menabung dan berinvestasi. 

Data ini menegaskan pentingnya literasi keuangan dalam menjaga kestabilan ekonomi generasi muda sekaligus mendukung mereka untuk mencapai kemerdekaan finansial. Chief Marketing Officer Tokocrypto, Wan Iqbal, menambahkan bahwa Gen Z dan milenial cenderung lebih sering memilih investasi kripto dibandingkan generasi sebelumnya. 

“Di Tokocrypto, lebih dari 60% investor berasal dari kalangan muda, yang menunjukkan besarnya potensi pasar ini. Namun, edukasi adalah kunci agar mereka dapat memaksimalkan potensi dan mengelola risiko investasi dengan bijaksana,” ucapnya.

Tren ini semakin memperlihatkan bahwa generasi muda tidak hanya terbuka terhadap perubahan teknologi, tetapi juga berani memanfaatkan peluang dalam sistem keuangan digital. 

Dukungan terhadap literasi keuangan yang menyeluruh diharapkan akan terus menguatkan peran mereka sebagai penggerak utama dalam ekosistem kripto dan mencapai kesejahteraan finansial di masa depan.