Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan melanjutkan tugasnya sementara sampai akhir bulan Oktober mendatang.
Dunia

Poundsterling Melemah Terhadap Dolar, Pemerintah Inggris Terus Awasi Pasar Keuangan

  • Nilai mata uang Inggris, poundsterling dikabarkan makin melemah terhadap dolar AS.

Dunia

Rizky C. Septania

JAKARTA - Nilai mata uang Inggris, Poundsterling dikabarkan makin melemah terhadap Dolar Amerika Serikat. Pada pembukaan hari ini, Poundsterling terpantau turun1,8% menjadi US$1,0651 per dolar AS.

Menurut Bank Sentral Inggris, merosotnya nilai tukar mata uang Inggris ini dipicu oleh kekhawatiran atas anggaran mini yang diusulkan pemerintah Inggris senilai 45 miliar Poundsterling atau setara Rp732 triliun a(asumsi kurs Rp16.281 per poundsterling).

Menanggapi jatuhnya nilai tukar mata uangnya, Bank Sentral Inggris mengatakan sedang melakukan pengawasan terhadap pasar keuangan. Sayangnya, Bank Sentral Inggris tak memberi tahu tindakan spesifik yang akan mereka lakukan untuk menghentikan pukulan mata uang negara itu.  

"Bank sedang memantau perkembangan di pasar keuangan dengan sangat cermat mengingat harga aset keuangan yang signifikan," kata Gubernur Bank Sentral Inggris, Andrew Bailey dikutip TrenAsia.com dari Insider, Selasa, 27 September 2022.

Sesaat setelah turun, nilai tukar Pounsterling terhadap dolar sempat naik di atas US$1,09 per satuannya. Hal tersebut dipicu oleh aksi pasar keuangan yang meminta Bank Sentral Inggris untuk segera menaikkan suku bunga atau memberlakukan tindakan darurat lain untuk membantu Poundsterling.

"Peran kebijakan moneter adalah untuk memastikan bahwa permintaan tidak mendahului pasokan dengan cara yang mengarah pada lebih banyak inflasi dalam jangka menengah. Seperti yang telah dijelaskan Komite Kebijakan Moneter, itu akan membuat penilaian penuh pada pertemuan berikutnya. Pertemuan yang dijadwalkan mengenai dampak pada permintaan dan inflasi dari pengumuman Pemerintah, dan penurunan sterling, dan bertindak sesuai dengan itu," kata Bailey.

Menurut jadwal, Bank Sentral Inggris akan kembali mengadakan pertemuan kebijakan pada awal November mendatang. Sebelumnya, komite kebijakan moneter diketahui telah menaikkan suku bunga acuan Inggris tujuh kali sejak Desember untuk mengendalikan inflasi.

Pada minggu lalu, MPC kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 2,25%. Inflasi Inggris adalah 9,9% di bulan Agustus , sedikit berkurang dari 10,1% di bulan Juli.

Terus tertekan

Nilai tukar Poundsterling terhadap dolar AS terus terpukul setelah pemerintah Inggris di bawah Perdana Menteri baru Liz Truss, pekan lalu memperkenalkan "Rencana Pertumbuhan" yang ditujukan pada tren ekspansi ekonomi 2,5%.

Pada renncana tersebut, terdapat anggaran mini, termasuk proposal pemotongan pajak terbesar sejak 1972. Rencana tersebut telah menakuti investor yang khawatir hal itu dapat meningkatkan inflasi lebih lanjut dan meningkatkan utang pemerintah secara tajam.

Pada Senin, pasar keuangan memperkirakan ekspektasi suku bunga Inggris akan naik menjadi 6% tahun depan di belakang penurunan sterling.

Menjelang pernyataan Bank Sentral Inggris, pendiri dan mantan kepala eksekutif FTSE Russell, di CNBC Mark Makepeace, mengatakan pound bisa jatuh setara dengan dolar jika bank tidak turun tangan.

Sekadar informasi, FTSE Russell adalah anak perusahaan dari London Stock Exchange Group dan jajaran indeks keuangan globalnya termasuk ukuran FTSE 100 yang diawasi ketat dari saham-saham blue-chip Inggris. FTSE 100 mengakhiri sesi Senin naik kurang dari 0,1%.

Selain Russel, analis dari Firma keuangan Nomura sebelumnya mengatakan pihaknya memperkirakan pound akan mencapai keseimbangan dengan dolar pada akhir November, dan jatuh ke 0,975 relatif terhadap dolar pada akhir 2022.