Tambang Nikel Weda Bay, salah satu tambang nikel yang dikerjakan oleh PT PP Presisi Tbk (PPRE).
Korporasi

PP Presisi (PPRE) Fokus Kembangkan Jasa Pertambangan jadi Sumber Recurring Income

  • PT PP Presisi (PPRE) semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – PT PP Presisi (PPRE) semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income. Hal ini terungkap dalam paparan publik tahunan yang digelar Kamis, 11 November 2021.

Direktur Utama PP Presisi Rully Noviandar melihat adanya peningkatan harga nikel yang terus meningkat yang didorong oleh permintaan akan bahan baku baterai yang ditandai oleh pembangunan smelter dan pabrik pembuatan baterai.

Di samping itu, kinerja lini bisnis jasa pertambangan turut mendapat kepercayaan dari salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia. Hal ini, kata dia, mendorong perseroan semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income

“Kami menargetkan jasa pertambangan akan memberikan kontribusi sebesar 50 persen, terbesar di antara lini bisnis lainnya pada tahun 2025,” ujarnya, Kamis, 11 November 2021.

Untuk mencapai tujuan tersebut, ia mengaku telah menyusun winning target 2022 melalui sejumlah strategi. Di antaranya optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, peningkatan kapabilitas SDM, penerapan centralize SCM, dukungan IT & equipment technology, dan peningkatan tata kelola perusahaan. 

“Sehingga jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, stakeholder value added dan better cashflow,” tambahnya. 

Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso menyatakan telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) yang diestimasi mencapai Rp500 miliar, yang sebagian besar dialokasikan sebagai capex expanding untuk mining services pada tahun depan untuk menambah jumlah fleet yang dibutuhkan seiring dengan penambahan kontrak baru”. 

“Untuk membiayai capex tersebut, kami merencanakan untuk mengeluarkan obligasi pada kuartal kedua 2022,” imbuhnya.

Benny menambahkan, perolehan kontrak baru per Oktober 2021 telah mencapai Rp4,8 triliun meningkat sebesar 129% year-on-year (yoy) dari Rp2,1triliun, periode yang sama tahun lalu dan melampaui target 2021 sebesar 133%, yang mana 49% merupakan kontrak jasa pertambangan. 

“Ini diprognosakan akan mencapai Rp5,3 triliun hingga Desember 2021. Sedangkan revenue dan EBITDA diprognosakan masing-masing mencapai sebesar Rp3,1 triliun dan Rp940 miliar,” tutup Benny.